Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Staf Profesional Departemen Sumber Daya Alam Lembaga Keberlanjutan Nasional (Lemhanas) Dadan Umar Daihani turut mengomentari isu kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi negeri. Menurutnya, pendidikan tidak boleh dikomersialkan dan harus gratis setidaknya sampai lulus.
Lemkhanas punya standar keberlanjutan nasional yang salah satunya adalah rata-rata lama pendidikan paling rendah. Rata-rata lama pendidikan nasional adalah 12 tahun, namun kenyataannya hanya 8,3 tahun. kenyataannya,” kata Profesor Dadan kepada wartawan pada acara perayaan HUT Lemhana ke-59 di Panka Gatra di Gambir, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).
Dadan yang juga berprofesi sebagai dosen mengungkapkan keprihatinannya terhadap sistem pendidikan di Indonesia saat ini. Berdasarkan pengamatannya, masih banyak yang belum menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun.
“Kalau saya sebagai pendidik, pendidikan sampai jenjang pertama harusnya gratis. Kenapa? karena fungsinya gratis untuk penelitian,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas hanya tamat wajib belajar setara sembilan tahun atau sekolah menengah. Namun, masih terdapat kesenjangan besar dalam pendidikan lanjutan.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) BPS Maret 2023, jumlah lulusan terbanyak di Indonesia adalah lulusan SMA/sederajat dengan persentase sebesar 30,22%. Lulusan SD/sederajat diikuti sebanyak 24,62% dan lulusan SMP/sederajat diikuti sebanyak 22,74%.
Yang lebih memprihatinkan lagi, jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi hanya akan tinggal 10,15% pada Maret 2023. Angka tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan tinggi masih sangat terbatas.
Selain itu, persentase penduduk yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar dan tidak pernah bersekolah masing-masing sebesar 9,01% dan 3,25%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa masih terdapat tantangan serius dalam pemerataan pendidikan di Indonesia.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS pada Maret 2023 menyasar 345.000 rumah tangga di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di Indonesia. Data-data ini menunjukkan betapa pentingnya peningkatan akses dan kualitas pendidikan di Indonesia.