Magelang, prestasikaryamandiri.co.id – Indonesia memiliki banyak jenis buah-buahan yang berpotensi menjadi komoditas unggulan. Di antara buah-buahannya, salak pandoh atau salak menjadi favorit para petani di lereng Gunung Merapi, khususnya di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Provinsi Magelang, Jawa Tengah.
Salak Pondoh dengan kualitasnya yang tinggi, rasa yang manis dan kandungan salak yang kental telah menarik perhatian pembeli dan berhasil memasuki pasar ekspor internasional.
Kolaborasi pemerintah dan swasta melalui Himpunan Petani Desa (DSA) Sejatera Astra telah menghasilkan salak yang berkualitas.
Salak Pondoh tidak hanya dipasarkan di dalam negeri tetapi juga diekspor ke berbagai negara antara lain Tiongkok, Kamboja, Chechnya, Thailand, dan Jerman.
Dengan menanami lahan seluas 310 hektar, petani menghasilkan 19,3 ton sak moss dan menghasilkan pendapatan 7,8 miliar birr. Dari data ekspor yang tercatat pada tahun 2009 hingga 2024, total ekspor Salak Pondoh mencapai 244 ton.
Salak Pondoh Lumut dipilih karena cocok ditanam di lereng Gunung Merapi, selain rasanya yang manis dan isiannya yang kental dibandingkan varietas lokal lainnya.
“Ajang ekspor salak ini kami sebut sebagai festival salak internasional, karena salak dari Magelang sudah diekspor ke banyak negara. Mulai diekspor dari provinsi Magelang sejak tahun 2009, sebanyak 244 ton sudah diekspor ke banyak negara. Buah salak,” kata Koordinator DSA Magelang. kata Ketua Kelompok Pheri dalam acara ekspor di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Magelang, Selasa (15/10/2024).
Menurut Feri, dipilihnya kulit kayu Pondoh Lumut karena keunggulannya dan tingginya permintaan pasar. Saat ini, buah salak diekspor ke tiga negara yakni China, Kamboja, dan Jerman sebanyak 19,3 ton.
“Peluang ekspor salak sangat besar, apalagi di negara tropis atau negara yang tidak memiliki salak, kami mencari pasar di Vietnam, China, dan Timur Tengah,” ujarnya.
M Taufiq Ratule, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian mendukung kegiatan ekspor Salak Pondoh. Ia menegaskan, ekspor tersebut akan meningkatkan perekonomian masyarakat, menciptakan lapangan kerja, menarik investor, dan meningkatkan pendapatan pemerintah.
“Pajak dari ekspor tidak hanya menambah devisa negara tapi juga membuka lapangan kerja. Jika ekspor lancar maka akan berdampak positif di pasar internasional,” ujarnya.
Agus Suryono dari Desa Kaliurang, Ketua Gapoktan Ngudi Luhur, mengatakan ekspor salak sangat bermanfaat bagi petani. Meskipun terdapat tantangan-tantangan ini, pendapatan ekspor telah meningkat.
“Sangat menggembirakan karena meningkatkan perekonomian. Dulu harga salak hanya Rp 2.000 hingga Rp 3.000, sekarang harganya naik lagi karena ekspor,” ujarnya.