JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri untuk mengedepankan efisiensi dan efektivitas proses produksi serta menggunakan lebih sedikit sumber daya, termasuk industri semen. Langkah tersebut diharapkan dapat menyeimbangkan pembangunan industri dengan kelestarian lingkungan.

“Kami telah meluncurkan inisiatif industri hijau seperti rencana dekarbonisasi industri, standarisasi industri hijau, dan e-mobilitas,” kata Andy Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian pada program pertukaran yang dikutip Investor Daily pada Minggu (04/08/2024). Sesuai dengan acara On West Heat Recovery di Jakarta.

Hal ini merupakan bagian dari kolaborasi Tiongkok-Indonesia untuk mengembangkan industri semen hemat energi menggunakan teknologi limbah panas yang diprakarsai oleh United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), sebuah badan khusus PBB yang didedikasikan untuk mempercepat industri di negara-negara berkembang.

“Industri semen merupakan subsektor prioritas dalam Rencana Aksi Perdagangan Karbon dan Pengurangan Karbon yang saat ini sedang disusun Kementerian Perindustrian,” tambahnya.

Pada acara yang sama, Puji Lestari, Kepala Riset Pengelolaan Udara dan Limbah ITB, mengatakan teknologi co-processing pada industri semen dapat mengurangi konsumsi sumber daya. “Pengolahan limbah secara bersama-sama di tempat pembakaran semen dapat mengurangi konsumsi karbon dan mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca,” kata Puzzi.

Puzzi mengatakan co-processing di tanur semen merupakan salah satu alternatif pengelolaan sampah dan limbah yang mengurangi polusi udara karena proses bersuhu tinggi dapat mengurangi pembakaran terbuka. “Hal ini penting karena Indonesia merupakan negara yang banyak menghasilkan sampah,” ujarnya.

Ding Zhijun, Wakil Direktur Jenderal Departemen Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Daya Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok (MIIT), mengatakan pertemuan bilateral antara MIIT dan Kementerian Perindustrian Indonesia diadakan untuk menjajaki potensi sinergi antara Tiongkok dan Indonesia.

Sementara itu, Robert Swigert, Kepala Pusat Kompetensi Pengesahan Semen Tungal Praksar, mengatakan permintaan semen di Indonesia meningkat dari 39 juta. metrik ton pada tahun 2010 menjadi 66 metrik ton pada tahun 2022, rata-rata tahunan sebesar 4,8%. “Industri semen merupakan sektor padat energi, seperti halnya bahan bakar termal yang didominasi oleh batu bara,” imbuhnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *