Batavia, prestasikaryamandiri.co.id – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan tidak ada kota yang mampu menahan arus urbanisasi, termasuk Batavia yang kini telah berstatus ibu kotanya sebagai Ibu Kota Daerah Batavia (DKJ).

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Suhajar Diantoro mengatakan masyarakat Indonesia kini lebih cenderung tinggal di kota dibandingkan desa.

“Semakin banyak orang yang pindah dari desa ke kota. Satu dari tiga orang Indonesia menyatakan masih ingin tinggal di desa. Jadi dari tiga orang, dua orang ingin tinggal di kota,” kata Suhajar dalam debat UU DKJ . Masa Depan Batavia Pasca Ibu Kota” yang disaksikan secara virtual pada Selasa (22/4/2024).

Dalam pemaparannya, Suhajar mengungkapkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, setidaknya 56,7% masyarakat memilih tinggal di perkotaan. Angka ini diproyeksikan meningkat menjadi 66,6% pada tahun 2035. Artinya, hanya sekitar 33,4% penduduk pedesaan yang akan bertahan.

Menurut dia, alasan ingin meninggalkan Tanah Air adalah faktor pendidikan dan kesehatan, infrastruktur dan aksesibilitas, kesempatan kerja, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial dan gaya hidup.

“Kalau dibilang ini masalah, memang benar ini masalah, karena 1/3 penduduk desa ingin ke kota, padahal tidak semuanya bisa pergi, berarti kota itu benar-benar ada. menyerbu,” katanya.

Sehingga Suhajar menilai sudah saatnya pemerintah fokus menangani urbanisasi, bukan malah menolaknya.

“Di beberapa negara maju mereka bisa mengelola urbanisasi dengan baik, karena kehadiran masyarakat dari pedesaan ke kota memberikan kontribusi positif terhadap produk domestik bruto (PDB), misalnya di China,” ujarnya.

Sementara itu, Suhajar menilai pengelolaan urbanisasi di Indonesia masih belum membaik. Hal ini bisa kita lihat dari dampaknya terhadap perekonomian nasional.

Di Indonesia, peningkatan populasi perkotaan sebesar 1% hanya meningkatkan pendapatan kotor per kapita sebesar 1,4%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dampak positif urbanisasi terhadap perekonomian Tiongkok dan Asia Timur dan Pasifik yang mampu memberikan kontribusi dua kali lipat.

Maka kata Suhajar, kawasan perkotaan harus lebih inklusif dan mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan. “Ini tentang orang yang lebih tua,” dia memutuskan.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *