Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Joko Widodo (Jokowi) tampak tak kenal takut selama 10 tahun memerintah Indonesia. Hal tersebut telah dibuktikan oleh Jokowi dengan mengunjungi negara-negara yang dilanda perang seperti Afghanistan, Ukraina, dan Rusia. Meskipun perang sedang berkecamuk, Jokowi mempunyai pijakan yang kuat di negara ini.
Jokowi berkunjung ke Afghanistan pada Januari 2018. Dalam kunjungan tersebut, Jokowi bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Saat itu, Jokowi juga menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada Ashraf Ghani dan seluruh warga Afghanistan atas tragedi penyerangan di Kabul.
Saya berdoa agar para korban segera pulih dan keluarga serta kerabatnya diberikan kekuatan dan kesabaran, kata Jokowi saat itu.
Pramono Anung Jokowi yang kini menjabat Sekretaris Kabinet (Sescab) mengenang keputusannya melanjutkan kunjungan kenegaraan ke Afghanistan dalam kunjungan lima negara ke Sri Lanka, India, Pakistan, dan Bangladesh.
Jokowi tak bersedih dengan kejadian serangan bom mobil di ibu kota Afghanistan, Kabul, beberapa hari sebelum kunjungan kenegaraannya.
Jokowi diangkat menjadi Presiden kedua RI setelah Presiden Sukarno yang berkunjung ke Afganistan. Padahal, kunjungan Jokowi terjadi beberapa jam setelah aksi bom di Kabul.
Maklum, Jokowi hanya berada di Afghanistan selama enam jam. Jokowi dan rombongan menuju Istana Kepresidenan Arg ketika badai salju dan angin dingin melanda Tanah Air.
Pramono juga mengatakan, Jokowi tidak perlu takut saat berangkat ke Afghanistan dan kunjungan tersebut merupakan simbol penting.
“Ini simbol kunjungan Presiden ke tempat-tempat yang sebelumnya hanya dikunjungi Bung Karno, termasuk Sri Lanka.” Bung Karno berkunjung ke Sri Lanka pada tahun 1962. Saat itu Bung Karno mengunjungi Afghanistan pada tahun 1961,” jelas Pramono.
Jokowi juga dikabarkan telah mengunjungi negara-negara lain yang bertikai, termasuk Ukraina dan Rusia. Dalam kunjungannya ke Ukraina, Jokowi bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu, 29 Juni 2022 di Istana Mariinsky Kyiv.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi menyampaikan kunjungannya ke Ukraina merupakan wujud kepedulian masyarakat Indonesia terhadap Ukraina.
Saya sampaikan kepada Presiden Zelensky bahwa kunjungan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Indonesia terhadap situasi di Ukraina, kata Jokowi.
Presiden Jokowi menekankan posisi Indonesia akan pentingnya menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah. Bahkan, Jokowi menawarkan untuk mengirim pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Saya menawarkan untuk mendapatkan surat dari Presiden Zelensky kepada Presiden Putin bahwa dia akan berkunjung,” katanya.
Usai kunjungannya ke Ukraina, Jokowi mengunjungi Rusia dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari amanat konstitusi Indonesia untuk berupaya berkontribusi terhadap perdamaian dunia.
“Masalah perdamaian dan kemanusiaan selalu menjadi prioritas kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam Konstitusi Indonesia, Indonesia selalu berupaya memberikan kontribusi terhadap perdamaian dunia. “Dalam konteks ini saya berkunjung ke Kyiv dan Moskow,” kata Jokowi di Istana Kremlin, Moskow, 30/06/2022.
Sementara itu, peneliti hukum internasional Profesor Hikmahanto Juwana mengatakan, diplomasi Jokowi selama 10 tahun memerintah dinilai luar biasa karena banyak pemimpin dunia yang mengetahui siapa presiden Indonesia dan apa yang bisa dilakukan Indonesia.
Menurut Hikmahanto, saat menjadi presiden pertama, Indonesia sangat terkenal karena pendapat dan keyakinan Soekarno saat berbicara dengan para kepala negara dan pemerintahan saat itu. Hal ini membuat Indonesia sangat populer sebagai negara baru.
“Saat Presiden Joko Widodo memerintah 10 tahun, banyak pejabat atau kepala pemerintahan di berbagai negara yang mengetahui tentang presiden Indonesia, bagaimana beliau dipilih oleh rakyat, kemudian banyak pemimpin yang ingin melakukan banyak perubahan di Indonesia. Saya ingin bertemu dengan presiden. negara Joko Widodo,” kata Hikmahanto kepada Berisatu.com di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Hikmahanto kemudian mengatakan bahwa hal ini bermanfaat bagi Indonesia, dan Jokowi mungkin tidak agresif dalam berbicara dan menyampaikan pendapatnya di depan forum internasional, namun ia memiliki pengaruh yang sangat penting bagi Indonesia.