Tokyo, prestasikaryamandiri.co.id – Kementerian Penanggulangan Bencana Jepang menyatakan pemerintah sedang bersiap untuk mencabut peringatan gempa kuat selama seminggu pada Kamis (15/08/2024). Ancaman gempa kuat akan hilang jika tidak ada aktivitas seismik besar.
Peringatan gempa bumi yang dikeluarkan minggu lalu mendorong ribuan warga Jepang membatalkan liburan dan membeli barang-barang kebutuhan pokok, sehingga banyak rak toko kosong.
“Jika tidak ada perubahan tertentu dalam aktivitas seismik atau deformasi kerak bumi, pemerintah akan mengakhiri peringatan khusus pada pukul 17.00 (15.00 WIB) hari ini,” kata Perdana Menteri Penanggulangan Bencana Jepang Yoshifumi Matsumura.
Kemungkinan terjadinya gempa besar tidak bisa dikesampingkan, katanya.
Ia terus mengimbau warga untuk rutin mengecek kesiapsiagaan menghadapi gempa besar yang diperkirakan akan terjadi.
Pada Kamis (8/8/2024) pekan lalu, Badan Meteorologi Jepang (JMA) menyatakan kemungkinan terjadinya gempa besar lebih tinggi dari biasanya setelah gempa berkekuatan magnitudo (M) 7,1 pada hari itu melukai 14 orang.
Gempa dahsyat yang mereka peringatkan adalah jenis guncangan khusus yang disebut gempa megathrust subduksi, yang pernah terjadi secara berpasangan di masa lalu dan dapat memicu tsunami besar.
Peringatan tersebut mengacu pada zona subduksi Palung Nankai antara dua lempeng tektonik di Samudera Pasifik, tempat pernah terjadi gempa bumi kuat di masa lalu.
Palung bawah air sepanjang 800 km membentang dari Shizuoka hingga pantai Pasifik dari kawasan Tokyo, kawasan perkotaan terbesar di dunia – hingga ujung selatan pulau Kyushu.
Pada tahun 1707, seluruh bagian Palung Nankai pecah sekaligus, menyebabkan gempa bumi yang masih menjadi gempa terkuat kedua di negara tersebut.
Gempa bumi inilah yang juga memicu letusan terakhir Gunung Fuji – diikuti oleh dua letusan dahsyat Nankai pada tahun 1854 dan kemudian dua letusan pada tahun 1944 dan 1946.
Pemerintah Jepang sebelumnya mengatakan kemungkinan terjadinya gempa berkekuatan 8 hingga 9 skala Richter berikutnya di sepanjang Cekungan Nankai adalah sekitar 70 persen dalam 30 tahun ke depan.
Dalam skenario terburuk, para ahli bisa kehilangan 300.000 nyawa, sementara beberapa insinyur mengatakan kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai $13 triliun dan menghancurkan infrastruktur.