Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Kunjungan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Dunia yang juga Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, ke Indonesia pada 3-6 September juga mencerminkan sejarah panjang hubungan diplomatik Indonesia. dan Vatikan. Sejarah menunjukkan bahwa Vatikan adalah negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Sebagaimana diketahui, kemerdekaan Indonesia tidak dapat terwujud tanpa adanya pengakuan dunia internasional. Unsur pokok dalam pembentukan negara ada dua, yaitu unsur landasan dan unsur penjelas. Unsur konstituen meliputi wilayah, rakyat, dan kekuasaan berdaulat, sedangkan unsur deklaratif meliputi pengakuan terhadap negara lain.
Negara yang berperan penting dalam pengakuan internasional ini adalah Vatikan. Negara kecil di Eropa ini mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang agama dan diplomasi global.
Pengakuan Vatikan atas kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 6 Juli 1947, kurang dari dua tahun setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Pengakuan ini ditetapkan oleh Delegasi Apostolik atau Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta, negara pertama Vatikan. Mengakui Indonesia secara resmi di Eropa.
Pengakuan ini tidak hanya bersifat simbolis, namun juga memberikan dukungan moral yang penting untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional. Pengakuan Vatikan atas kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari kontribusi Mgr Albertus Soegiapranata SJ, uskup Indonesia pertama yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno.
Dalam pidatonya di Radio Indonesia, Soegiapranata mengatakan umat Katolik akan bekerja sama dengan militer Indonesia. Soegiyapranata juga banyak menulis tentang Tahta Suci.
Di bawah kepemimpinan Paus Pius XII, Vatikan dengan cepat menyadari pentingnya stabilitas dan perdamaian di Asia Tenggara setelah Perang Dunia II. Paus Pius XII mengirimkan diplomat Vatikan George Marie Joseph Hubert Ghislain de Jong d’Ardoy ke Indonesia sebagai duta besar Vatikan yang pertama. Marie Joseph menjabat dari tahun 1947 hingga 1955, di mana ia menjabat sebagai mediator penting antara Tahta Suci Vatikan dan pemerintah Indonesia yang baru dibentuk.