Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Dua tahun berturut-turut, Asia Tenggara dilanda panas atau gelombang panas ekstrem. Pada bulan April 2024, suhu mencapai tingkat yang relatif tinggi selama musim terpanas dan terkering sepanjang tahun di sebagian besar negara Asia Tenggara.
Departemen Meteorologi Thailand telah memperingatkan bahwa 15 provinsi di negara itu akan terkena dampak cuaca ekstrem hingga setidaknya 28 April 2024, menurut indeks suhu.
Suhu tertinggi diperkirakan mencapai 43 derajat Celcius di beberapa wilayah negara. Selain gelombang panas, operasi pertanian tebang dan bakar juga berkontribusi terhadap peningkatan tingkat polusi udara di wilayah utara yang gersang.
Diposting pada Kamis (5/5/2024) di situs Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), berikut penyebab panas ekstrem yang melanda Asia Tenggara.
1. Percepatan Indikator Iklim Outlook Iklim untuk Asia 2023 menyoroti percepatan indikator perubahan iklim seperti pemanasan global, mencairnya gletser, dan naiknya permukaan air laut. Semua hal tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap masyarakat, perekonomian dan ekosistem di masyarakat.
2. Gelombang panas lautan Pada tahun 2023, suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian barat akan mencapai rekor tertinggi. Bahkan Samudra Arktik pun mengalami gelombang panas lautan. Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global. Dari tahun 1961-1990, tren pemanasan meningkat hampir dua kali lipat.
Menurut Database Keadaan Darurat, total 79 bencana yang berkaitan dengan bahaya hidrometeorologi telah dilaporkan di Asia. Lebih dari 80% dari jumlah ini disebabkan oleh banjir dan badai yang menewaskan lebih dari 2.000 orang dan berdampak langsung pada 9 juta orang. Risiko kesehatan akibat panas ekstrem semakin meningkat, dan kematian akibat cuaca ekstrem sering kali tidak dilaporkan.
3. Gelombang panas Selain itu, fenomena ini disebabkan oleh gelombang panas atau gelombang panas yang memecahkan rekor di darat dan laut. Iklim menjadi tidak terkendali, dengan hujan lebat, banjir besar, kekeringan berkepanjangan, kebakaran hutan ekstrem, dan angin topan, semuanya terjadi secara rutin.
4. Pengaruh gas rumah kaca Peningkatan pesat gas rumah kaca di atmosfer juga menjadi penyebab utama terjadinya gelombang panas. Ketika karbon dioksida, gas rumah kaca, dan gas-gas lainnya meningkat, mereka bertindak sebagai selimut, memerangkap panas dan menghangatkan bumi.
Akibatnya suhu udara bumi dan lautan menjadi lebih hangat. Pemanasan ini mempengaruhi siklus air, mengubah pola cuaca dan mencairkan es di daratan. Semua hal ini berdampak memperburuk cuaca buruk.