Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pada Senin (22/04/2024), Selebgram Chandrika Chika ditangkap polisi karena menggunakan narkoba bersama lima temannya di sebuah hotel di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Narkoba yang digunakan oleh chica adalah ganja cair atau biasa dikenal dengan ganja cair.

Dikutip Rabu (24/4/2024) dari situs Badan Pengawasan Narkotika Nasional (BNN). Ganja cair, atau ekstrak ganja, diubah menjadi bentuk cair menggunakan pelarut seperti alkohol atau minyak. Ekstrak ini dapat digunakan dengan berbagai cara, seperti ditanamkan di bawah lidah, dicampurkan ke dalam makanan dan minuman, atau ditelan menggunakan rokok elektronik.

Di Indonesia, ganja tergolong obat Kategori 1 yang berarti penggunaannya ilegal dan memiliki risiko kecanduan yang tinggi. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Obat.

Menurut WebMD, ganja memiliki beragam efek negatif bagi tubuh. Penggunanya rentan terhadap infeksi paru-paru, peningkatan risiko serangan jantung dan stroke, berkurangnya aliran darah ke mata, dan memperburuk glaukoma.

Tapi bagaimana ganja mempengaruhi tubuh? Di bawah ini adalah penjelasannya.

Ketika ganja, tetrahydrocannabinol atau THC diisap, ia melewati paru-paru dan memasuki aliran darah dengan cepat. Darah akan membawa bahan kimia tersebut ke otak dan bagian tubuh lainnya. Kemudian, saat Anda makan dan minum, tubuh Anda akan menyerap THC lebih lambat. Umumnya pengguna merasakan efeknya 30 menit hingga 1 jam setelah penggunaan.

THC bekerja pada reseptor spesifik di sel otak yang merespons zat alami mirip THC. Zat-zat tersebut berperan penting dalam perkembangan dan fungsi otak. Ganja akan merangsang aktivitas bagian otak yang paling banyak mengandung reseptor tersebut.

BNN melarang keras penggunaan ganja untuk keperluan medis atau rekreasi. Menurut BNN, ganja memiliki efek samping yang berbahaya, antara lain gangguan daya ingat dan pembelajaran, gangguan keseimbangan, peningkatan risiko psikosis, skizofrenia, gangguan pernafasan, psikosis, dan kecanduan.

BNN juga menyatakan bahwa penelitian mengenai manfaat ganja bagi kesehatan masih dalam tahap awal, dan belum ada bukti ilmiah kuat yang mendukung penggunaannya. Perbincangan mengenai legalisasi ganja di Indonesia terus berlanjut.

Para pendukung legalisasi berpendapat bahwa ganja memiliki potensi terapeutik yang besar dan pelarangan tidak akan membatasi penggunaannya. Namun, para penentang legalisasi khawatir bahwa legalisasi ganja akan meningkatkan peluang penggunaan dan konsumsi ganja, terutama di kalangan remaja.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *