Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Wakil Direktur Economic and Financial Development Institute (INDEF) Eco Ristointo mengatakan, prioritas utama untuk mencapai kemandirian pangan atau bahkan kedaulatan pangan nasional bukanlah produksi pangan, melainkan produksi pangan bagi petani. Hal ini terutama berkaitan dengan bagaimana memastikan bahwa petani Indonesia benar-benar berkembang.
“Kalau petani kaya, produk apa pun yang ingin mereka promosikan, bisa ditingkatkan.” Barang yang dibutuhkan ada, tapi tidak ada yang memproduksinya,” kata Eko Ristoyanto saat dihubungi prestasikaryamandiri.co.id secara online, Rabu (Rabu, 14/Agustus 2024).
Hal ini karena keuntungan (margin) yang dapat diperoleh trader saat ini sangat kecil. Hal ini mengakibatkan petani memberikan subsidi kepada konsumen dan membuat petani enggan menanam produk tersebut. Akibatnya, pertanian saat ini dianggap sebagai pekerjaan yang kurang sejahtera.
Meski begitu, lanjutnya, kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor pertanian tidak akan pernah berhenti. Misalnya dari sisi hulu, ada kasus dimana produksi dilakukan dengan menggunakan subsidi pupuk yang sangat besar, namun di sisi lain impor dalam negeri masih sangat tinggi.
“Impor pangan kita menunjukkan bahwa upaya kita selama ini belum cukup, jadi kalau bicara subsidi, kenapa tidak cukup?” Jadi, para petani tidak menyadari apa saja yang termasuk dalam pertanian. Membuat mereka kaya raya,” jelas Ako.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan dan insentif yang diberikan pemerintah saat ini belum cukup untuk meningkatkan tingkat ketahanan pangan yang ideal. Untuk itu, Pak Ako menambahkan, penting untuk mengkaji dan mengevaluasi kembali regulasi di sektor pertanian secara menyeluruh.
“Apa yang benar-benar dapat merangsang sektor pertanian dan petani adalah bahwa di masa depan kebutuhan impor pangan akan berkurang dan sebagian orang akan mampu berswasembada pangan.”