Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Kemungkinan kenaikan harga minyak dunia di pasar global akibat ketegangan di Timur Tengah kembali menjadi sorotan. Kekhawatiran tersebut muncul setelah serangan udara Iran terhadap Israel sebagai respons atas insiden di konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Eddy Prieno, Wakil Ketua III Bidang Perekonomian KSP, menjelaskan, harga minyak dan gas bumi (migas) kerap naik seiring meningkatnya konflik di Timur Tengah. Namun dampaknya bergantung pada seberapa luas dan berapa lama konflik berlangsung.
Edy Investor Daily Talk mengatakan di IDTV pada hari Selasa: “Kami berharap konflik antara Iran dan Israel tidak meluas. Yang paling penting adalah Israel, Iran dan negara-negara tetangga, termasuk AS dan Inggris, menahan diri.” 03/2024).
Saat ini harga minyak di pasar dunia mendekati angka 90 dolar per barel. Meski melebihi asumsi APBN (ICP: $82 per barel), namun kenaikannya masih belum signifikan. Menurut Eddy, pemerintah masih bisa menanggung subsidi energi, termasuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) seperti pertalite dan biodiesel.
Eddy menegaskan, kemungkinan kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan pilihan terakhir. Kenaikan harga ini mempengaruhi total harga barang dan jasa. Saat ini, pemerintah sedang mempersiapkan simulasi tambahan dana yang dibutuhkan untuk bahan bakar bersubsidi jika harga minyak dunia naik menjadi $100-$110 per barel.
– Kenaikan harga BBM merupakan pilihan terakhir. “Kesehatan APBN dan kemampuan keuangan pemerintah sangat penting untuk kelanjutan pembangunan kita,” kata Eddy.
Edi menambahkan, prioritas pemerintah adalah menjaga harga bahan bakar bersubsidi meski harga minyak dunia meningkat.
Ia menambahkan, kami berharap kenaikan ini tidak terlalu tinggi sehingga biaya untuk menjaga harga BBM bersubsidi tidak terlalu besar.