Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap beberapa penilaian terhadap kesiapsiagaan berbagai elemen masyarakat menghadapi bencana gempa megathrust. Hal itu berdasarkan pantauan BNPB saat melakukan sesi persiapan di beberapa daerah.

Aksi pawai ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kesiapan warga dan elemen masyarakat lainnya dalam menghadapi bencana alam, seperti gempa bumi dan tsunami. Badan tersebut mencatat, saat ini terdapat puluhan titik di Indonesia yang berpotensi mengalami bencana gempa bumi skala besar atau megathrust.

“Untuk menyikapi kawasan megathrust kemarin, kami sekaligus melakukan seruan untuk mengecek dan mengetahui kesiapan masyarakat. Pertemuan Kepala BNPB Suharyanto dengan media di JIEXPO Kemayoran Jakarta, Rabu (11/9/2024) mengatakan: “Akan diketahui, Syukurlah, rata-rata masyarakat sudah mengetahui titik-titik di mana megathrist bisa terjadi.”

Selain melakukan seruan kesiapsiagaan, BNPB juga melakukan beberapa latihan untuk menghadapi dan mengantisipasi bencana, termasuk gempa megathrust. Terkait hal tersebut, Suharyanto mengatakan pihaknya telah mengembangkan program peringatan dini bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Program ini juga didanai oleh Bank Dunia dan disusun untuk dijalankan oleh kedua lembaga tersebut. Dalam program ini, BMKG sebagai pelaksana penyedia dan pengelola teknologi peringatan dini dan BNPB menyiapkan aspek kesiapsiagaan masyarakat.

Untuk memperluas cakupan program ini, BNPB memfasilitasi penambahan desa tangguh bencana yang kini mencapai 182 wilayah. Suharyanto mengatakan, jumlah tersebut masih jauh dari target 3.000 tempat yang diharapkan dapat tercapai dalam beberapa tahun ke depan.

“Disebut Desa Tangguh Bencana, ini merupakan titik awal bagi 182 desa. Nantinya akan ditambah terus, diharapkan akan ada 3000 desa yang berada di pesisir pantai dalam lima tahun ke depan. “(Terutama) yang diprediksi para ilmuwan akan terjadi gempa bumi dan tsunami berskala besar,” kata Suharyanto.

Ia menambahkan, masih belum ada pencapaian teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat memprediksi terjadinya gempa secara spesifik. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk beraktivitas normal dengan tetap menjaga kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama di daerah rawan.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *