Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Indonesia tengah menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk mencapai ambisinya menjadi produsen aluminium ramah lingkungan terkemuka di dunia. Aluminium hijau mengacu pada proses manufaktur yang menggunakan sumber energi terbarukan atau konten daur ulang.
“Di sisi hilir, kami berharap dapat mendorong UEA untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk di sektor aluminium. Namun kami ingin mereka tidak hanya berinvestasi pada aluminium, tetapi juga berinvestasi pada aluminium ramah lingkungan,” kata Badan Khusus Pengembangan Bisnis Nasional Kementerian. staf. Penanaman Modal/BKPM, Kamar Pradana Indraputra pada Dubai Forum yang digelar pada Senin (06/05/2024) di Jakarta.
“Kami berharap aluminium hijau yang diproduksi bersama oleh Indonesia dan UEA dapat memimpin pasar dunia. Lihat saja perusahaan mobil Eropa seperti BMW – mereka membutuhkan aluminium ramah lingkungan untuk produksinya,” tambah Pradana.
Dubai Chambers – Kamar Dagang dan Industri Uni Emirat Arab – mendatangkan beberapa perwakilan perusahaan ke Indonesia untuk menjajaki peluang investasi. Di antara pengunjung tersebut adalah Emirates Global Aluminium (EGA).
Pada tahun 2022, EGA menandatangani kontrak dengan Inalum, pabrik peleburan aluminium Indonesia. Kontrak tersebut mencakup pelaksanaan studi kelayakan penggunaan teknologi EGA di smelter Kuala Tanjung Inalum, Sumatera Utara. Hal ini akan meningkatkan kapasitas produksi smelter menjadi sekitar 400.000 ton per tahun.
“Salah satu investornya adalah EGA. Perusahaan ini sudah melakukan negosiasi dengan Inalum. Mereka juga sudah melakukan negosiasi dengan perusahaan swasta lainnya,” kata Pradana.
EGA mengklaim sebagai perusahaan pertama di dunia yang memproduksi aluminium secara komersial menggunakan energi surya. Sedangkan smelter Kuala Tanjung Inalum mengandalkan tenaga air.
Tahun lalu, pembangkit listrik tenaga surya terapung (PLTS) Cirata berkapasitas 145 megawatt (Mwac) (dengan kapasitas puncak 192 megawatt) di Jawa Barat, yang diinvestasikan oleh Masdar UEA di pembangkit listrik tenaga surya terapung terbesar di Asia Tenggara, menarik perhatian.
UEA dan negara-negara Timur Tengah lainnya belum banyak menanamkan modal di Indonesia. Pada kuartal I tahun 2024, UEA menduduki peringkat ke-40 negara FDI di Indonesia dengan FDI sebesar USD 4,1 juta.