Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Jumlah guru yang terjebak kredit macet pinjaman online (pinjol) cukup fantastis mencapai 42%. Memang benar, guru adalah bagian dari masyarakat yang tidak mempunyai rekening bank atau underbanked. Kebutuhan akan guru cukup besar, namun gaji yang diterima sangat rendah, terutama bagi guru honorer.

Nailul Huda, Ekonom Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), menjelaskan, karena rendahnya gaji, para guru akhirnya meminjam uang ke keluarga, rentenir, bahkan rentenir. Namun, dia mengatakan tidak masalah berhutang di mana pun asalkan mampu membayarnya.

“Tapi kalau melihat gaji guru, apalagi guru honorer kecil, itu akan sulit. Jadi bukan kesalahan pinjamannya, tapi anggaran pemerintah untuk guru honorer yang minim,” jelasnya pada Rabu (8/5/2024).

Kemudian, Huda menilai, guru kini sudah terbiasa dengan gadget karena pandemi Covid-19. Dahulu mereka belum terbiasa dengan teknologi serupa, namun kini tidak lagi demikian.

Tingginya intensitas penggunaan gadget, kata Huda, membuat informasi tersampaikan kepada guru. Mengingat lemahnya literasi digital mereka, guru pada akhirnya tidak mampu memilah dan memilih informasi.

“Saya kira salah satu solusi permasalahan utang guru adalah dengan meningkatkan pendapatan, termasuk guru honorer,” ujarnya.

Sebelumnya diketahui, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 42% kredit bermasalah berasal dari guru, sedangkan pelajar menyumbang 3%, yang merupakan terbesar dibandingkan kelompok masyarakat lainnya.

Selain itu, fakta mengkhawatirkan lainnya adalah generasi muda Indonesia yang berusia 19 hingga 34 tahun sepertinya terjebak dalam kredit macet yakni gagak membayar pinjaman.

Dana pinjaman tersebut sebetulnya digunakan bukan untuk kegiatan produktif melainkan untuk keperluan konsumsi, atau bahkan perjudian online.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *