JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan pinjaman luar negeri mencapai US$403,9 miliar pada kuartal I 2024. Angka tersebut menurun dibandingkan kondisi triwulan IV tahun 2023 yang nilai ULNnya mencapai 408,5 miliar dolar AS. Para ekonom mendesak pemerintah untuk tidak puas dengan pengurangan utang ini.
Utang luar negeri mencapai USD 403,9 miliar pada kuartal I 2024, masih tergolong aman dalam USD. Namun jika melihat nilai tukar rupee, pemerintah perlu mencermati situasi pinjaman luar negeri saat ini.
“Posisi utang luar negeri berdenominasi dolar memang menurun, namun jika dikonversikan ke rupiah, posisinya bisa meningkat karena pelemahan rupiah yang sudah menyentuh $16.000 sejak bulan lalu,” kata analis senior di Indonesia. Organisasi Aksi Strategis dan Ekonomi, Ronnie P. Sasmita Rabu (15/5/2024).
Menurut dia, aktivitas lembaga keuangan dan devisa sudah sangat baik dan responsif terhadap dampak pelemahan rupee dan penurunan ekspor akibat pinjaman luar negeri.
Dari sisi kebijakan moneter, BI berupaya mengendalikan arus keluar modal asing nominal atau capital outflow yang menyebabkan semakin terdepresiasinya nilai tukar rupee.
Di sisi lain, Kementerian Keuangan menahan diri untuk tidak menjual surat utang berdenominasi rupee untuk mengurangi peredaran rupee di pasar domestik dalam arti luas, jelas Roney.
Pengelolaan utang luar negeri harus mengutamakan aspek stabilitas perekonomian nasional secara keseluruhan. Dalam hal ini, pengelolaan utang luar negeri hendaknya diarahkan pada penguatan kapasitas produksi dalam negeri, khususnya kapasitas produksi yang berorientasi ekspor dan menghasilkan devisa.
Selain itu, pengelolaan ULN di satu sisi harus didasarkan pada kepentingan menjaga pasokan mata uang atau mata uang asing dan memastikan arus keluar ULN tidak melebihi batas aman sehingga risiko pelemahan mata uang tidak terlalu tinggi. . Utang nasional bruto.
“Pinjaman luar negeri harus benar-benar dimanfaatkan untuk sektor-sektor produktif yang berorientasi ekspor untuk mendatangkan devisa dan devisa sebanyak-banyaknya, sehingga jika mata uang melemah tidak ada tekanan terhadap kemampuan membayar kembali pinjaman luar negeri,” tutupnya. . Ronnie.