JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo menilai kebijakan cuti bersama sudah terlalu lama ada dan perlu dievaluasi kembali jika dianggap merugikan produktivitas industri atau perusahaan. Menurut Rahmad, pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan dapat duduk bersama berbagai elemen masyarakat, mulai dari pengusaha hingga serikat pekerja, untuk mencari titik temu yang menguntungkan semua pihak.
“Saya kira karena kita melalui pertimbangan-pertimbangan (mengingat kebijakan libur serikat pekerja) dan ada naik turunnya, tentu pemerintah ingin mendengar lagi bahwa setelah melalui apa yang terjadi, penilaiannya adalah apa yang ingin kita lakukan. Apalagi saat dihubungi prestasikaryamandiri.co.id, Selasa (21/5/2024), Handoyo mengatakan keluhan yang ada, khususnya di salah satu sektor industri, “terasa tertekan karena menurunkan produktivitas perekonomian”.
Handoyo menyadari, kebijakan cuti bersama jangka panjang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda di setiap industri. Ia mencontohkan, libur panjang bersama sebenarnya baik untuk pariwisata, namun sektor industri seperti pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan justru dirugikan.
“Saya kira DPR harus duduk bersama. Ada perdebatan panjang tentang apa yang dilakukan kebijakan pemerintah. Jadi duduklah bersama, karena pihak yang berkepentingan, masyarakat akan mendapat manfaat dan industri akan mendapat manfaatnya. Di satu sisi, dan industri adalah pihak yang diuntungkan. “memotongnya” juga.
“Semua komponen, APINDO, Cadin, lalu Kementerian Ketenagakerjaan duduk bersama dan mengevaluasi. Jadi jangan langsung kena, langsung ke diskusi membuktikan itu akan menurunkan produktivitas. Benar, tujuannya untuk meningkatkan pariwisata. industri dan lain-lain, lagipula kami menerimanya dengan jelas. “Sektor di luar industri, seperti pariwisata, mengalami tekanan yang luar biasa.”
Terima kasih karena pemerintah sebenarnya telah memberikan solusi terhadap kenyataan bahwa cuti bersama bukanlah sebuah kebutuhan dan keharusan dunia usaha. Ia mengatakan, dunia usaha bisa menyesuaikan kebijakan cuti bersama dengan tetap fokus pada produktivitas.
“Mereka duduk bersama mencari yang terbaik. Kalau jalan tengahnya tidak perlu ya tidak wajib. Kalau sudah menjadi amanah ya wajib dan wajib. Saya kira sudah menjadi titik temu karena ada dua pertemuan. Berbeda. pihak, kutub yang berbeda.