Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Perkumpulan Hipertensi Indonesia (INASH) mengimbau jemaah haji yang memiliki riwayat hipertensi agar rajin mengonsumsi air putih dan minum obat saat beribadah di Tanah Suci.
“Jangan minum hanya saat haus, cukup minum secara teratur dalam jumlah sedikit. Kalau minum seperti itu, tidak akan sering buang air kecil, tetapi jika banyak air yang langsung mengenai tubuh, tubuh akan cepat buang air kecil,” kata Presiden Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, Dr. Eka Haramivati, seperti dilansir Antara.
Mengingat cuaca yang tidak menentu dan jemaah haji rentan mengalami dehidrasi akibat panas, Akka mengatakan mereka harus berhati-hati dalam meminum air agar tubuh tetap terhidrasi akibat cuaca panas di Tanah Suci.
Masyarakat dihimbau untuk terus membawa air minum tambahan, meskipun akses terhadap air mudah didapat. Air yang dihemat dapat dikonsumsi saat mengantri ke kamar mandi atau untuk mengurangi rasa haus di sela-sela aktivitas ibadah.
Ibunya menjelaskan, salah satu penyebab banyak jemaah meninggal saat menunaikan ibadah haji adalah dehidrasi.
“Penyebab banyak orang meninggal karena dehidrasi. Saya selalu bilang yang utama siapkan tempat penampungan air minum karena kalau antri ke kamar mandi, haus dan harus segera minum,” kata Aka.
Selain menderita dehidrasi, rajin minum air putih juga menghindarkan masyarakat dari risiko terkena heat stroke, demensia, atau kehilangan kesadaran.
Terkait keteraturan pengobatan dengan obat, Eka menegaskan, pengobatan hipertensi harus dilakukan seumur hidup dan tidak boleh diabaikan meski pasien merasa kondisinya sudah membaik.
Menurutnya, obat-obatan yang diminum akan mencegah organ tubuh mengalami kerusakan akibat tekanan darah tinggi, seperti kerusakan fungsi ginjal.
Hal lain yang dianjurkan Shaka agar masyarakat tidak mengalami kekambuhan adalah menghindari makanan asin. Jika masyarakat ingin mengonsumsi makanan yang berasa asin, ia mengingatkan untuk mengonsumsi garam tidak lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh per orang per hari.
Ake menjelaskan, cuaca panas belum terbukti menyebabkan seseorang terkena darah tinggi. Pasalnya otak sebagai pengontrol tubuh memiliki konfigurasi yang mampu merespon suhu di luar tubuh.
Ia menambahkan, efek cuaca panas hanya bersifat sementara, sehingga begitu tubuh terkena suhu yang lebih dingin, gejalanya perlahan akan hilang.
“Tekanan darah kita dipengaruhi oleh neurohormon, jadi kalau ada panas simpatik maka suhunya akan naik. Jadi pengaturan tekanan darah sebenarnya ada di otak, neurohormon mempengaruhi volume darah dan jantung, sehingga otak menjadi hangat.” dan reseptor dingin yang dapat mempengaruhi simpatis,” ujarnya.