Yerusalem, prestasikaryamandiri.co.id – Kematian Yahya Sinwar merupakan pukulan telak bagi milisi Hamas. Pasalnya, pria berusia 61 tahun itu dianggap sebagai pemimpin terkuat Hamas yang juga disegani masyarakat Gaza.
Yahya Sinwar menghabiskan 22 tahun di penjara Israel sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan tahun 2011 dengan Gilad Shalit, seorang tentara Israel yang ditangkap oleh Hamas. Setelah kembali ke Gaza, ia mendapatkan reputasi sebagai ideolog yang gigih sebelum menjadi pemimpin Hamas di Gaza pada tahun 2017.
Yahya Sinwar diyakini berada di balik serangan 7 Oktober 2023 di Israel selatan.
Sementara para pemimpin Hamas lainnya tinggal dengan nyaman di Turki, Lebanon atau Qatar, Yahya Sinwar memilih untuk tinggal di Gaza, mencari perlindungan di bawah jaringan terowongan luas yang dibangun oleh Hamas.
Saat tentara Israel menyerang Gaza, Yahya Sinwar selamat dan menguasai pasukan Hamas. Ia juga memimpin kebijakan luar negeri Hamas sambil berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata.
Yahya Sinwar terus mengkonsolidasikan kendali selama musim panas sebagai pemimpin politik Hamas. Kemudian menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran, Iran.
Yahya Sinwar dianggap sebagai pemimpin paling kuat di Hamas, yang memutuskan masalah paling penting bagi kelompok tersebut. Ia juga salah satu orang yang dengan tegas menolak untuk bernegosiasi dengan Israel, sehingga membuat proses negosiasi perjanjian gencatan senjata di Gaza tidak bisa ditembus.
Hanya dua bulan setelah menjadi pemimpin Hamas, nyawa ayah Sinwar berakhir di reruntuhan sebuah bangunan di Rafah, Gaza selatan. Pasukan Israel menyerang sekelompok anggota Hamas bersenjata dengan menembakkan tank ke gedung tempat Sinwar bersembunyi. Sebagian bangunan runtuh akibat serangan tersebut dan menewaskan Yahya Sinwar.
Israel dan Amerika Serikat kemudian mengkonfirmasi identitas Yahya Sinwar melalui tes DNA dan catatan gigi.
Para pengamat meyakini foto yang diunggah secara online pada Kamis (17/10/2024) yang memperlihatkan Yahya Sinwar yang terbunuh mengenakan rompi antipeluru dapat meningkatkan dukungan terhadap Hamas. Citra tersebut dapat membantu milisi untuk memoles citranya sebagai pejuang yang rela berkorban demi tujuan mulianya.
Militer Israel telah merilis gambar yang dikatakan sebagai rekaman kendaraan udara tak berawak (UAV) yang menunjukkan momen terakhir Yahya Sinwar. Terluka, duduk di kursi di rumah yang hancur, wajahnya ditutupi handuk.
Dia menatap UAV yang mendekat dan melemparkan tongkat untuk menakut-nakutinya sebelum tank Israel melepaskan tembakan ke rumah tersebut.
Dia tampak melemparkan tongkat ke arah UAV sambil terluka menunjukkan semangat juang Sinwar sampai akhir, bahkan ketika Israel terus berusaha menggambarkannya sebagai pemimpin pengecut yang hanya tahu cara bersembunyi di bawah tanah.
Bagi Mohammad Abu Ghali (27), yang tinggal di sebuah gubuk di Khan Younis, Gaza selatan, kematian Sinwar membuktikan bahwa ia tidak pernah meletakkan senjata, tidak bersembunyi di tenda atau terowongan, seperti yang biasa dilakukan saat konflik dengan Israel. . .
“Kematiannya merupakan kebanggaan bagi seluruh warga Palestina,” kata Ghali.
“Ini bukan kemenangan bagi Israel,” lanjutnya seperti dikutip AFP.