Sukabumi, prestasikaryamandiri.co.id – Suasana ketegangan masih menyelimuti rumah Inas (45) di Desa Silandak, Desa Sekarsari, Kecamatan Kalibunder, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Inas dibunuh oleh putranya sendiri, Rahmat (26), pada Senin (13 Mei 2024) dan dimakamkan pada Rabu (15 Mei 2024).
Teman korban Paluddin (32) menceritakan pengalamannya saat didatangi pelaku. Ia mengaku kaget karena pelaku datang dengan tangan dan wajah berlumuran darah dan meminta dibunuh.
“Dia datang dan memberi saya uang, ‘tolong bunuh saya, saya bunuh ibu saya’, katanya. Saya kaget, saya melihat tangan dan wajah saya berlumuran darah,” kata Paruddin, Kamis (16) kepada prestasikaryamandiri.co.id/5 /2024).
Setelah mendapat pengakuan tersebut, Fakhruddin langsung menceritakannya kepada warga lainnya. Dia menjadi takut ketika penjahat mendekatinya.
“Saya bingung, saya hanya pergi ke tetangga lain untuk mencari seseorang dan tidak langsung mencari tempat. Katanya dia minta maaf. Dia tidak bilang maaf, pokoknya dia minta maaf ke ibunya, itu yang terjadi,” dia berkata.
Sehari-harinya, pelaku dianggap sebagai pemuda pendiam. Warga bahkan berkumpul di masjid setiap hari Jumat untuk salat.
“Laki-laki itu jarang jalan-jalan dan jarang bersama orang lain. Menurutku dia sangat pendiam. Diam sekali, kalau ditanya dia ngomong saja, kalau tidak ditanya dia diam saja,” ungkapnya.
Pasca kejadian tersebut, warga Desa Silandak masih merasa khawatir. Mereka merasa lingkungan saat ini tidak aman. “Sungguh mengagetkan, situasi di desa tersebut tidak terasa aman. Telah terjadi kejadian-kejadian yang mengenaskan,” ucapnya.
Sementara itu, Pupud (50), kakak korban sekaligus paman pelaku, mengaku sedih atas kejadian yang menimpa Inas. Dia tidak sanggup menanggung kematian tragis saudaranya.
“Sedihnya, saya tidak tega melihat adik saya. Saya tidak menyangka hal ini terjadi. Saya mengetahuinya saat dia (pelaku) masih duduk di bangku SD. Saya tidak melihatnya lagi sejak dia dewasa. .
Pupud mengaku sering ke Calibund hanya untuk menemui keluarga istrinya. Sepengetahuannya, pelaku bekerja di Jakarta sehingga belum pernah bertemu dengan kerabatnya.
“Keluarga istri ada di sini tapi mereka tidak melihat (pelakunya). Saya datang dan dia pergi ke Jakarta. Makanya sejak dewasa mereka tidak bertemu. Kemarin kami bertemu lagi dan mereka melihatnya di TV,” dia menjelaskan.