Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki), dr Radityo Prakoso mengungkapkan, Indonesia kini memasuki fase darurat penyakit jantung. Pasalnya, jumlah penderita penyakit jantung di Indonesia terus meningkat.

Menurut Survei Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, penyakit jantung meningkat sebesar 0,5%.

Data Riskesdas kemudian melaporkan pada tahun 2018 bahwa prevalensi penyakit jantung yang didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan prevalensi tertinggi di provinsi Kalimantan Utara sebesar 2,2%, DIY 2%, dan Gorontalo 2%.

Sementara data ASEAN tahun 2021 menunjukkan prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 5,8%.

Radityo mengatakan, hal ini menjadikan penyakit jantung sebagai penyebab kematian nomor dua di Indonesia. Namun, jika Indonesia darurat penyakit jantung, maka penyakit jantung akan menjadi penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia. Jumlah dokter spesialis jantung memang tidak mencukupi.

“Saat ini kami memiliki 1.485 dokter spesialis jantung yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Radityo di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Radityo mengatakan, jumlah dokter jantung di Indonesia yang berjumlah 1.485 orang sangat sedikit. Sebab jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia Rasio jumlah dokter spesialis jantung di Tanah Air belum memadai untuk memberikan pelayanan yang maksimal.

“Rasio ahli jantung terhadap populasi seharusnya sekitar 1 dalam 100.000, jadi berdasarkan hal tersebut, Kami masih membutuhkan ahli jantung,” ujarnya.

Selain itu, distribusi dokter spesialis jantung di Tanah Air juga menghadapi permasalahan. Ia menjelaskan, sebaran dokter spesialis jantung masih terpusat di Pulau Jawa. Faktanya, jumlah penderita penyakit jantung juga cukup tinggi di setiap daerah.

“Dari 1.485 dokter yang sebarannya belum merata, sehingga bisa dikatakan kita kurang merespon penyakit jantung dengan baik,” ujarnya.

Radityo merespons minimnya jumlah tenaga medis. Ia mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait, termasuk pemerintah, untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Itulah mengapa sebagai sebuah profesi Jadi kami bekerja sama dengan pemangku kepentingan dari pemerintah dan swasta, jadi kami berupaya mewujudkannya,” ujarnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *