Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Deepfakes yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat gambar, video, dan audio palsu menjadi semakin umum dan digunakan secara tidak etis. Banyak selebritis dan tokoh politik yang menjadi korbannya, termasuk di Indonesia.

Deepfake banyak digunakan untuk penipuan, pemerasan, dan bahkan pencurian identitas. Meskipun pemalsuan mendalam sering kali meninggalkan tanda-tanda manipulasi yang jelas pada awalnya, seiring dengan kemajuan kecerdasan buatan, pemalsuan tersebut menjadi lebih sulit untuk dideteksi. Namun, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Laporan dari AP, Kamis (5/9/2024), berikut cara mengenali gambar palsu yang dibuat oleh AI.

Lihatlah wajahnya. Pertukaran wajah adalah salah satu metode pemalsuan mendalam yang paling umum. Para ahli menyarankan untuk melihat lebih dekat pada bagian tepi wajah. Perhatikan apakah warna kulit wajah cocok dengan kepala atau bagian tubuh lainnya. Perhatikan apakah tepi wajah tajam atau buram.

Jika Anda curiga video seseorang sedang berbicara telah direkayasa, lihatlah mulutnya. Apakah gerakan bibir mereka sesuai dengan audionya? Gigi juga bisa menjadi petunjuk. Perusahaan keamanan siber Norton mengatakan fragmen tersebut bisa menjadi petunjuk karena algoritme belum cukup canggih untuk menghasilkan gigi satu per satu.

Konteks Gambar Jika Anda melihat seorang selebriti atau selebritas melakukan sesuatu yang terkesan berlebihan, tidak realistis, atau di luar karakternya, ini bisa menjadi petunjuk.

Misalnya, apakah Paus Fransiskus benar-benar mengenakan jaket mewah seperti yang digambarkan dalam foto palsu yang beredar luas di media sosial? Jika ya, apakah tidak ada foto atau video dari sumber sah yang diposting untuk verifikasi? Jadi jangan percaya hanya pada satu sumber saja.

Menggunakan AIA Pendekatan lainnya adalah menggunakan AI melawan AI. OpenAI telah merilis alat untuk mengenali konten yang dibuat dengan versi terbaru generator gambar AI-nya, DALL-E 3.

Microsoft juga telah mengembangkan alat yang dapat menganalisis apakah foto atau video telah dirusak. Sedangkan FakeCatcher dari pembuat chip Intel menggunakan algoritma untuk menentukan apakah piksel dalam suatu gambar asli atau palsu.

Namun, kecerdasan buatan telah berkembang sangat pesat, dan model AI dilatih menggunakan data dari Internet untuk menghasilkan konten berkualitas tinggi. Artinya, di masa depan mungkin akan lebih sulit untuk mendeteksi gambar palsu yang dalam.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *