Ponorogo, prestasikaryamandiri.co.id – Komunitas budaya sejati turut memastikan bahwa Macapat adalah sastra Jawa berkualitas yang tidak akan pernah ada habisnya. Ponorogo atas nama Grebeg Suro sengaja mengadakan lomba Nembang Macapat yang pesertanya adalah pelajar. Bahkan, kepiawaiannya memainkan pangkur pelog 6 dengan baik juga ditunjukkan oleh Anggota Dewan, Sugiri Sancoko, saat membuka lomba Nembang yang digelar di balai penelitian dan pengembangan Bappeda Ponorogo, Senin (26/6/2024).

Bupati Kang yang bernama Bupati Sugiri Sancoko mengatakan, “Siswa Ponorogo akan menjadi penerus yang hebat karena selain pandai mengaji, juga pandai menyanyi.”

Macapat termasuk salah satu tulisan Jawa yang paling sulit karena mengikuti kaidah jumlah baris, jumlah suku kata, dan bunyi akhir tiap baris. Gubernur berharap ada lomba membuat kue macapat sesuai standar guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.

Perlu usaha lebih karena ada 11 jenis musik macapat yang mempunyai sejarah panjang dan berfungsi sebagai penyampai pesan.

Ia menjelaskan, “Lagu-lagu Jawa sangat aneh.”

Tak disangka, sang pengurus sengaja mencatat waktu para peserta menyanyikan lagu macapat. Peserta lomba nembang macapat adalah siswa SD, SMP, dan SMA serta yang memenuhi syarat. Dua peserta tingkat SD merupakan perwakilan masing-masing kabupaten untuk tim putra dan putri.

Menurut Ketua Persatuan Boneka Indonesia (Pepadi) Ponorogo Sindu Prawoto, lagu wajib lomba tingkat SD adalah Durma Surya Greged pelog 6, SMP (Sinom Grandhel pelog 6), sedangkan lagu untuk siswa SMA adalah Dhandanggula Nawa Dharma Nyata.

“Di Desa Macapatan dan Ponorogo banyak yang fanatik agar orang Jawa tidak kalah dengan orang Jawa,” kata Prawoto (Adv).

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *