Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Analis Pasar Modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengatakan undang-undang full time Auction (FCA) atau metode lelang penuh waktu di pasar saham Indonesia seharusnya. – survei. Menurutnya, hal ini penting untuk memastikan sistem yang ada tidak memuaskan dan adil bagi semua pihak.

Keputusan FCA telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Dalam praktiknya, kebijakan ini dianggap lebih merugikan dibandingkan positif. Ia juga mengatakan regulator pasar mendengarkan masukan dari pelaku pasar, termasuk perusahaan investasi, analis pasar, dan manajer investasi.

“Kita perlu memastikan regulasi tersebut dapat mendorong stabilitas perekonomian dan memberikan kenyamanan kepada investor,” kata Budi, dikutip Investor Daily, Jumat (31/5/2024).

Budi mengatakan penerapan FCA di seluruh pasar Indonesia membuat harga saham kurang terlihat dan meningkatkan risiko bagi investor.

“Tambahan ketidakpastian ini membuat investor resah dan berdampak negatif terhadap perekonomian dan perekonomian secara keseluruhan,” kata Budi.

Direktur Mitra Bisnis dan Manajemen BEI Irvan Susandy membenarkan kemungkinan terjadinya guncangan pasar akibat penggunaan FCA pada saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

“Menurut saya, sedikit turbulensi selalu merespons pertumbuhan dan kinerja bisnis. Saya yakin bisnis akan berubah terkait dengan perubahan yang terjadi, baik makro, mikro, regional, dan global,” kata Irvan, Rabu (5 /29/2024).

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan sekaligus Direktur BREN Merly menjelaskan kenaikan harga saham BREN didorong oleh sentimen positif dari investor asing. Hal ini terutama terjadi setelah BREN dimasukkan dalam Exchange Traded Fund (ETF) yang dikelola oleh Blackrock dan rebalancing FTSE, yang juga mencakup saham BREN.

“Perusahaan kami berkomitmen terhadap pengembangan energi terbarukan (EBT) di Indonesia. Proyek ini mendapat perhatian dunia dan banyak peminatnya. Kita harus bersatu mendukung perbaikan pembangunan sektor ini,” kata Merly dalam pengumumannya, Rabu pekan lalu. (29/5/2024).

Merly menambahkan, saat ini belum banyak saham di pasar energi terbarukan yang tercatat di BEI. Hal ini mempunyai keterbatasan bagi investor yang ingin berinvestasi pada proyek-proyek tersebut.

“Kami memahami kebutuhan investor untuk memegang saham dalam jangka panjang, terutama karena tanggung jawab beberapa organisasi atau bisnis untuk memiliki modal dalam kelangsungan usahanya,” tambahnya. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *