Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Presiden baru terpilih Prabowo Subianto dikabarkan akan membentuk Kementerian Kependudukan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengaku terbuka dengan diskusi tersebut.
Bonibasius Prasetia Iktiart, Deputi Bidang Kependudukan BKKBN, mengatakan partainya siap baik secara organisasi maupun manusia. Padahal BKKBN sudah punya desain dan strategi kalau jadi kementerian. Kekuatan data itu penting kan? Tanpa data, “kita tidak tahu harus membuat program seperti apa,” ujarnya saat ditemui di kantor BKKBN, Jakarta, Senin (10 Juli 2024).
Menurut Bonibasius Prasetia, pembentukan Kementerian Kependudukan akan fokus pada data kependudukan dan pembangunan keluarga. Selain itu, BKKBN melakukan pelaporan kependudukan dan pendataan keluarga di tingkat nasional dan provinsi, yang dilakukan BKKBN setiap tahunnya melalui verifikasi dan verifikasi keakuratan data.
“Yang jelas kependudukan masih ibarat payung karena mencakup berbagai sektor. BKKBN fokus pada pembangunan keluarga dan KB. “Jadi payungnya tetap kependudukan, tapi tidak lepas dari pembangunan keluarga kita penguatan,” jelasnya.
Bonibasius Prasetia mengatakan, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan terkait kependudukan, seperti menjaga keseimbangan penduduk agar angka kesuburan total (TFR) tidak melebihi 2,1 (saat ini TFR Indonesia 2,18), dan kebutuhan akan alat kontrasepsi dan keluarga berencana. Ia menjelaskan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya. Kebutuhan yang tidak terpenuhi atau tidak terpenuhi dan angka stunting.
“Hakikat sumber daya manusia Indonesia adalah kekuatan pembangunan keluarga, dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.” “Itulah tujuannya,” ujarnya.
Terkait stunting, Bonibasius Prasetia menambahkan BKKBN bersama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) serta kementerian dan lembaga terkait terus melakukan intervensi simultan dalam penimbangan dan pengukuran anak kecil.
Presiden Jokowi mematok target 14% pada tahun 2024, namun berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, saat ini berada pada angka 21,5%.
“Data kemarin itu sampel kan? Jadi kalau intervensi serentak kemarin datanya malah turun, di bawah 21,5%. Tapi nanti kita cek hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).” Kemungkinan hasilnya akan diumumkan pada bulan November atau Desember,” jelasnya.