New York, prestasikaryamandiri.co.id – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menghadiri pertemuan membahas hak-hak perempuan Afghanistan di sela-sela Sidang Umum PBB di New York, Senin (23-09-2024), waktu AS .
Dia duduk di sebelah aktris Hollywood Meryl Streep. Peraih Oscar tersebut hadir dalam pertemuan tersebut dan membuka pemutaran film bertajuk “The Sharp Edge of Peace” yang menyoroti peran pemimpin perempuan Afghanistan mulai tahun 2021.
“UNESCO mencatat setidaknya 1,4 juta anak perempuan Afghanistan tidak mendapat akses terhadap pendidikan menengah pada tahun 2024. Situasi yang memprihatinkan ini tentunya membuat kita semua khawatir,” kata Menlu Retno, dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (24/09/2024).
Pertemuan ini dihadirinya untuk mendorong inklusi dan pemenuhan hak-hak perempuan dan proses perdamaian di Afghanistan. Indonesia menjadi tuan rumah bersama pertemuan ini dengan Irlandia, Qatar dan Swiss, serta Forum Perempuan di Afghanistan.
“Saya seorang perempuan, seorang ibu, seorang nenek dan seorang Muslim. Namun saya memiliki kebebasan, akses terhadap hampir semua hal. Bagaimana dengan perempuan Afghanistan? Apakah mereka memiliki hak yang sama dengan saudara laki-laki mereka?” tanya Menlu Retno kepada peserta kapan pertemuan dibuka.
Dalam sambutannya, Menlu Retno menjelaskan bahwa pada tahun 2024, Indonesia akan bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat lokal di Afghanistan untuk melaksanakan proyek psikososial yang melibatkan 400 perempuan Afghanistan. Selain itu, Indonesia juga bersedia mendukung pengembangan model bisnis keuangan mikro syariah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja bagi perempuan Afghanistan.
“Kita harus menggunakan segala cara untuk menyampaikan aspirasi perempuan Afghanistan,” pungkas Menlu Retno.
Side event tingkat tinggi ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal PBB, Presiden Swiss dan Menteri Luar Negeri Retno.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan perempuan Afghanistan mengalami tingkat kekerasan berbasis gender dan kematian ibu yang tinggi. Diskusi tersebut menyoroti peran penting akses terhadap pendidikan bagi perempuan Afghanistan, serta peluang kerja, termasuk dalam posisi kepemimpinan.
“Perempuan Afghanistan telah mengatakan kepada PBB bahwa mereka merasa tidak aman, terisolasi dan tidak berdaya karena mereka kehilangan kemampuan untuk merawat keluarga mereka atau berkontribusi pada komunitas mereka,” kata Sekretaris Jenderal PBB dalam sebuah pernyataan.