Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Indonesia (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang mengatakan “Saya main dulu” dinilai sebagai strategi politik menit-menit terakhir. Dalam konteks politik, ini adalah strategi yang umum.
Hal ini diungkapkan Direktur Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menanggapi Megawati yang belum membeberkan posisi politiknya usai Rakernas ke-5 PDIP soal apakah ia akan menjadi oposisi di pemerintahan berikutnya, apakah akan menjadi oposisi atau tidak. sebuah koalisi.
Ujang mengungkapkan, alasan Megawati tak mengumumkannya karena pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka masih jauh, yakni pada 20 Oktober 2024.
Jadi betul dimainkan dulu, santai dulu, santai dulu, malah tidak diumumkan, ujarnya kepada prestasikaryamandiri.co.id, Rabu (29/5/2024).
Menurut Ujang, situasi tersebut juga bisa diartikan sebagai strategi Megawati menghentikan waktu. Namun PDIP dinilai lebih cenderung mengambil sikap sebagai oposisi, yakni di luar pemerintahan Prabowo-Gibran.
Sebelumnya, Megawati tak membeberkan sikap politik PDIP terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran saat menutup Rakernas V PDIP di Stadion Internasional Beach City, Ancol, Jakarta, Minggu (26/5/2024). Megawati menyatakan mereka akan melakukan perhitungan politik terlebih dahulu.
Nah, ini yang paling ditunggu-tunggu oleh jurnalis. Posisi Majelis Kerja Nasional, saya baca Kompas pagi ini, akan menentukan posisi blablabla, haha, begitu. Kayak sarapan aja, kataku haha, aku baik-baik saja, ayo main dulu.”
Megawati mengingatkan, seluruh kader PDK di bawah komandonya akan dihukum. Ia mengatakan akan menindak tegas kader partai yang bertindak di luar perintahnya.
Oleh karena itu, sikap politik PDI Perjuangan didasarkan pada pemikiran bahwa bangsa Indonesia akan lebih baik, berdaulat dan berdiri sendiri, ini yang menjadi dasar pilihan sikap politik kita. ‘Tidak. Kalau tidak ikut, mereka tidak akan disiplin dan tahu, Bu, apa yang kamu lakukan tidak apa-apa,” kata Megawati.