London prestasikaryamandiri.co.id – Pada Selasa (21/5/2024), seorang penumpang Singapore Airlines tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah pesawat mengalami turbulensi hebat.

Penerbangan SQ321 dari London ke Singapura menghadapi angin kencang di Samudera Hindia dan turun pada ketinggian 6.000 kaki (sekitar 1.800 meter) tiga menit sebelum melakukan pendaratan darurat di Bangkok. Almarhum berusia 73 tahun dan meninggal karena serangan jantung.

Singapore Airlines tidak menyebutkan jenis turbulensi apa yang terjadi, namun pakar penerbangan meyakini turbulensi tersebut jelas-jelas dianggap sebagai jenis badai paling berbahaya.

Turbulensi Clear Air (CAT) tidak dapat dideteksi oleh teknologi saat ini dan dapat terjadi tanpa peringatan. Pakar keselamatan penerbangan Anthony Brickhouse mengatakan sangat penting bagi penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman setiap kali mereka duduk.

“Penumpang harus mengurangi pergerakannya dalam penerbangan dan selalu memakai sabuk pengaman apapun lampu sabuk pengamannya,” tegasnya kepada CNA, Rabu (22/5/2024).

Maskapai penerbangan diwajibkan oleh hukum untuk memperlihatkan tanda sabuk pengaman saat lepas landas dan mendarat. Meski demikian, maskapai penerbangan mempunyai prosedur tersendiri untuk menghadapi turbulensi di udara.

Sara Nelson, presiden internasional Asosiasi Pramugari (CWA), yang mewakili lebih dari 50.000 dari 20 maskapai penerbangan, mengatakan CAT semakin menekankan pentingnya sabuk pengaman selama penerbangan.

“Ini adalah masalah hidup dan mati,” katanya.

Menurut studi tahun 2021 yang dilakukan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS, kecelakaan penerbangan terkait turbulensi adalah jenis kecelakaan yang paling umum.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *