Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pengamat penerbangan Alvin Lai bereaksi terhadap kabar dilarang terbangnya 30 pesawat Wings Air ATR-72 dari total 73 pesawat karena mahalnya biaya perawatan akibat tingginya pajak sisanya.
Alvin mengatakan sekitar separuh pesawat Wings Air saat ini tidak memiliki mesin karena kekurangan suku cadang. Forum ini hanya tersedia di Singapura, sehingga prosesnya lebih lama.
Pesawat bersayap juga menggunakan baling-baling atau propeller yang menggunakan mesin turbin. Sedangkan mesin turbin harus memiliki kipas agar tetap menyala.
“Untuk bagian yang mudah terbakar harus mendapat izin khusus karena termasuk bahan peledak meskipun skalanya sangat kecil,” kata Alvin Lai kepada prestasikaryamandiri.co.id, Selasa (18/6/2024). Alvin Lye. – (tengah)
Alvin menambahkan, suku cadang pesawat juga tidak masuk dalam daftar suku cadang yang dikecualikan dari bea masuk luar negeri, sehingga permasalahannya bertambah karena mesin pesawat mengandung ribuan suku cadang.
“Suku cadang penerbangan tidak masuk dalam peraturan menteri perdagangan yang tidak memperbolehkan berbagai jenis produk untuk digunakan di pesawat terbang. Jadi kecuali membeli mesin lengkap dari luar negeri, tidak akan mendapat izin. Malah kalau harus impor mesin lengkap setiap saat, biayanya akan mahal. Dan diperlukan lebih banyak nasihat serta layanan yang berbeda
Keadaan ini membuat biaya transportasi pada pesawat baling-baling lebih mahal dibandingkan dengan pesawat jet. “Pesawatnya sudah ada beberapa, bagiannya susah,” kata Alvin.
Dikutip dalam Ch-Aviation, Selasa (18/6/2024), Chief Commercial Officer Lion Air Group Saleh Alatas mendorong pemerintah Indonesia untuk melonggarkan pajak impor di beberapa sektor penerbangan. Selain itu, Saleh juga menyoroti beberapa negara tetangga yang tidak memungut bea masuk suku cadang karena penerbangan dianggap sebagai tulang punggung perekonomian negara.
Pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Susi Pudjiastuti bereaksi terhadap kabar terbentuknya banyak penerbangan Wings Air karena tingginya pajak suku cadang. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengatakan, saat ini semua maskapai penerbangan Indonesia memiliki hal yang sama.
“Industri penerbangan sekarang berada dalam situasi seperti bunga yang tumbuh di karang, mau mati atau tidak mau hidup atau hampir tidak bisa hidup atau mati,” tulis Susi Pudziastuti dari Platform X (Twitter).