JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Jalan Laut masih menjadi favorit para pelaku pengedar narkoba karena banyak wilayah yang belum terkendali petugas.
Kata Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Kompol Ari Ardian di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Perlu diketahui, letak geografis Indonesia yang banyak memiliki garis pantai yang belum diketahui oleh aparat, sehingga jalur laut ilegal masih menjadi sasaran utama peredaran obat-obatan terlarang, ujarnya.
Pada pertengahan Maret lalu, Direktorat Narkoba bersama Direktorat Bea dan Cukai menggerebek barang selundupan seberat 19 kilogram dan menangkap 6 tersangka, salah satunya pemilik DPO.
Penyidik menggagalkan peredaran narkoba melalui jaringan Malaysia-Aceh dengan modus kapal ke kapal (ship-to-ship).
Pengungkapan itu bermula dari informasi adanya pengiriman narkoba jenis sabu dari Malaysia ke Aceh.
Berdasarkan laporan itu, penyidik Bersama Direktorat Bea dan Cukai, mereka membuat peta laut dan akhirnya menyita 19 kg sabu.
Kedua tersangka yang mengambilnya dari jaring di Malaysia memasuki perairan Indonesia sekitar 7 mil dari Kabupaten Idi Rayuk, Aceh.
Selain itu, dua orang tersangka yang mencoba membawa sabu sejauh 12,7 mil dari wilayah perairan Aceh juga ditangkap, katanya.
Total ada empat kurir yang ditangkap. Detektif bergerak maju dan berhasil menangkap satu operator di tempat kejadian.
Detektif menemukan 19 kilogram barang bukti sabu dan mendapatkan $10 juta per kilogram dari masing-masing tersangka, yang dibagi ke lima orang tersebut.
“Selanjutnya, kasus ini akan terus kami kembangkan kepada jaringan penyuplai narkoba jenis sabu tersebut dan juga kepada jaringan yang mendistribusikannya di Indonesia.” Berdasarkan pemeriksaan, sabu ini beredar di wilayah Aceh. Seperti Jakarta dan Pulau Jawa,” kata Ari.