Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pameran Ekonomi Hijau yang diselenggarakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapanas telah memulai hari kedua di Jakarta Convention Center. Acara yang berlangsung pada tanggal 3 hingga 5 Juli 2024 ini mengangkat isu dekarbonisasi industri melalui metode sirkular yang sangat relevan dalam upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Pembukaan sesi pertama hari ini dipimpin oleh Enia Listani Devi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM. “Indonesia memiliki potensi EBT yang luar biasa, mulai dari tenaga surya 3.294 GW, tenaga air sebesar 95 GW. 57 GW, angin 155 GW, panas bumi 23 GW, dan kelautan 63 GW,” ujarnya.
Enia juga menyoroti strategi pemerintah dalam melaksanakan transisi energi ke NZE, antara lain efisiensi energi, elektrifikasi, moratorium dan decommissioning dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) serta pengembangan EBT baik off-grid maupun on-grid.
Pada pertemuan tersebut, Wakil Menteri Perekonomian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapanas, Amalia Edininger Vidyasanti, menguraikan upaya percepatan perubahan ekonomi melalui penerapan ekonomi hijau. Menurut dia, percepatan transisi energi, penerapan ekonomi sirkular, dan pengembangan industri hijau merupakan bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. “Perekonomian linier tidak lagi memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan ekonomi sirkular, kita bisa mencapai lebih banyak hal dengan menggunakan lebih sedikit,” tegas Amalia.
Salah satu inisiatif yang dipromosikan adalah pengembangan kawasan industri hijau dan kawasan industri ekologis (EIP). Selain itu, penerapan ISO dan SNI ekonomi sirkular, Ekolabel, Proper, EPR oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta pembiayaan berkelanjutan dan roadmap berkelanjutan oleh OJK juga menjadi kebijakan penting untuk mendukung ekonomi sirkular.
Mohib Ahmed, penjabat direktur USAID di Indonesia, menutup acara tersebut dengan menekankan pentingnya kemitraan strategis antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam mendorong pembangunan rendah karbon dan energi terbarukan.
“Saya bangga atas kemitraan jangka panjang dan erat dengan Bapanas dalam pengembangan dan implementasi berbagai kebijakan yang membantu kita terus bergerak maju,” tutup Mohib.
Pameran “ekonomi hijau” ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, namun juga merupakan pameran teknologi dan inovasi yang mendukung ekonomi sirkular, sehingga menjadi pendorong penting bagi jalan Indonesia menuju pembangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan.