Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (Banggar) mendesak pemerintah menyiapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (SPB) untuk mengatasi krisis di luar negeri akibat kenaikan dan penurunan harga minyak. . Dolar AS vs. Rupee.
Pasalnya, setiap rupiah melemah hingga Rp500 dan harga minyak naik hingga USD 10 per barel, anggaran bantuan atau kompensasi direncanakan bertambah hingga Rp100 juta.
Ketua DPR Banggar Saeed Abdullah mengatakan APBN 2024 menetapkan rupiah pada Rp15.000 terhadap dolar AS dan minyak mentah Indonesia (ICP) pada US$ 82 per barel.
Jika distribusi minyak di Selat Hormuz terganggu, harga minyak bisa mencapai $120, karena jalur ini menyediakan 21% transportasi minyak dunia.
“Mempertimbangkan penurunan nilai rupiah terhadap dolar AS dari batas rata-rata yang ditetapkan dalam APBN 2024, serta menjamin kemampuan negara dalam membayar Surat Berharga Negara (SBN) dan utang luar negeri yang berbasis dolar AS,” kata Said dalam keterangan resmi. Diterima pada Rabu (17/4/2024).
Menurutnya, pemerintah dan otoritas keuangan harus memastikan ketersediaan dolar AS bagi importir produk khusus seperti pangan dan bahan bakar setidaknya selama enam bulan ke depan untuk memastikan profitabilitas.
Pemerintah harus terus mengembangkan mata uang domestik dan melanjutkan pengembangan berbagai langkah tambahan untuk menggantikan dolar AS dalam pembayaran barang-barang standar, khususnya di bidang pangan dan energi.
Pada saat yang sama, pemerintah juga harus menjamin pasokan minyak untuk kebutuhan dalam negeri, karena Indonesia bergantung pada minyak impor, dan rata-rata produksi minyak sebesar 3,5 juta ton per bulan berdasarkan data tahun 2023. Jika perang terus berlanjut, saluran minyak di Selat Hormuz akan terganggu.
Selain itu, Iran termasuk dalam 10 negara terbesar di dunia yang akan memproduksi minyak hingga 3,45 juta barel per hari pada tahun 2023. Dampak dari kenaikan harga minyak di pasar dunia akan menjadi beban yang besar bagi negara tersebut. anggaran negara kita,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perekonomian Aylangga Hartarto mengatakan kondisi konflik dapat berdampak pada harga barang, sehingga berdampak pada bahan bakar minyak (BBM).
Pemerintah terus memantau kondisi tersebut untuk mempersiapkan langkah mitigasi dampak konflik di Timur Tengah terhadap perekonomian negara.
“Saat ini kita sedang menghadapi permasalahan internal, terutama permasalahan terkait bantuan keuangan. Anggaran yang digunakan juga perlu direvisi. Padahal kita berharap tahun ini mampu menjaga pertumbuhan ekonomi, menjaga inflasi, dan menstabilkan suku bunga, kata Aylangga.
Airlangga menjelaskan, saat ini harga ICP sudah mencapai 83,78 dolar AS per barel dan harga minyak mencapai 82 dolar AS. Pemerintah terus melakukan pengendalian harga barang agar pertumbuhan perekonomian negara tidak terpuruk. Meski demikian, ia meyakini fondasi perekonomian Indonesia tetap kokoh.
“Secara fundamental perekonomian Indonesia, perekonomian Indonesia kuat, pertumbuhan masih di atas 5%, neraca perdagangan masih ada dan cadangan devisa masih kuat,” jelas Airlangga.