Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pemerintah Amerika telah mencabut izin beberapa produsen chip Amerika untuk mengekspor barang tertentu ke perusahaan teknologi China, Huawei.
Mengutip BBC, Kamis (9/9/2024), Departemen Perdagangan AS tidak merinci izin apa saja yang dicabut, namun pembuat chip AS Intel dan Qualcomm menyatakan mereka mengetahui ada beberapa izin ekspor yang dicabut.
Sejak tahun 2029, Amerika Serikat telah membatasi ekspor teknologi ke Huawei karena hubungan militer dengan Tiongkok, namun Intel dan Qualcomm telah diberikan pengecualian tertentu.
Pemerintah Tiongkok mengecam tindakan AS terhadap perusahaan-perusahaan di negaranya.
“AS melampaui konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kontrol ekspor untuk menekan perusahaan Tiongkok tanpa alasan yang dapat dibenarkan,” kata Kementerian Luar Negeri Tiongkok dalam sebuah pernyataan.
Beberapa anggota parlemen AS juga mengkritik pemerintahan Presiden Joe Biden setelah peluncuran laptop Huawei MateBook X Pro bulan lalu.
“Jangan salah, pemerintahan Biden tidak akan mengambil tindakan ini jika Partai Republik di Kongres tidak meminta pertanggungjawaban mereka,” tulis anggota Partai Republik Elise Stefanik dalam sebuah festival media sosial.
Huawei sangat terpukul oleh pembatasan perdagangan AS, namun situasinya baru-baru ini pulih kembali.
Perusahaan asal Tiongkok tersebut sedang mengalami kebangkitan, terutama setelah peluncuran smartphone Mate 60 Pro pada bulan Agustus lalu.
Selama masa kepresidenan Donald Trump pada tahun 2019, para pejabat AS menambahkan Huawei ke dalam daftar entitas.
Artinya, perusahaan AS harus mendapatkan persetujuan pemerintah untuk mengekspor atau mentransfer teknologi tertentu, terutama karena kekhawatiran teknologi tersebut akan digunakan oleh militer Tiongkok.
Namun, saat itu, lisensi diberikan kepada beberapa perusahaan AS, termasuk Intel dan Qualcomm, untuk memasok teknologi non-5G ke Huawei.
Amerika telah memberlakukan pembatasan terhadap beberapa perusahaan teknologi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir ketika ketegangan meningkat antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.