Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Mendekati musim haji 2024, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau jamaah haji mewaspadai virus Middle East Respiratory Syndrome Virus Corona atau MERS-CoV.

Virus yang pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada tahun 2012 ini dapat menyebabkan penyakit pernapasan parah, terutama pada orang dengan kondisi kesehatan penyerta.

WHO telah bekerja sama dengan otoritas kesehatan di Arab Saudi dan negara-negara lain untuk mengendalikan penyebaran MERS-CoV.

Organisasi tersebut telah mengeluarkan pedoman bagi jamaah haji, yang mencakup rekomendasi untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan infeksi. Tapi apa itu MERS-CoV? Berikut penjelasannya.

Apa itu MERS-CoV? MERS-CoV adalah virus yang menyebabkan penyakit pernapasan parah. Virus ini pertama kali menyerang orang-orang di Yordania pada tahun 2012. MERS-CoV telah menyebar ke beberapa negara di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa dan Asia.

Gejala MERS-CoV berkisar dari ringan hingga berat, termasuk demam, batuk, sesak napas, nyeri otot, kelelahan, mual, dan diare. Dalam kasus yang parah, MERS-CoV dapat menyebabkan pneumonia, gagal napas, dan kematian.

Penularan MERS-CoV juga bisa terjadi dari manusia. Orang yang berisiko tinggi tertular adalah mereka yang bekerja dengan unta, tinggal di dekat peternakan unta, dirawat di rumah sakit bersama pasien MERS-CoV, atau petugas kesehatan yang tidak menggunakan peralatan APD yang sesuai.

Sekitar 80% kasus pada manusia telah dilaporkan di Arab Saudi, terutama melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedaris yang terinfeksi atau orang yang terinfeksi di fasilitas layanan kesehatan.

Kasus-kasus yang teridentifikasi di luar Timur Tengah biasanya ditularkan oleh orang yang terinfeksi di Timur Tengah yang kemudian melakukan perjalanan ke wilayah di luar wilayah tersebut. 

Pencegahan MERS-CoV dilakukan dengan menghindari kontak dengan unta dan produk unta, sering mencuci tangan, dan penggunaan APD yang sesuai bagi petugas kesehatan. Saat ini, belum ada vaksin untuk melawan MERS-CoV, dan pengobatan difokuskan pada menghilangkan gejala dan membantu pasien pulih.

Jemaah haji yang berisiko tinggi terpapar MERS-CoV adalah lansia, orang dengan kondisi kesehatan kronis, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah. Jamaah haji harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum melakukan ibadah haji untuk membahas risiko dan tindakan pencegahan.

Musim haji 2024 diperkirakan akan menarik sekitar 2,5 juta jamaah dari seluruh dunia. WHO berkomitmen untuk bekerja sama dengan otoritas kesehatan untuk memastikan ibadah haji yang aman dan sehat bagi semua jamaah.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *