JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Dzulfikar Ahmad Tula menyampaikan tantangan besar terhadap tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Menurutnya, salah satu kendala utama perdagangan manusia adalah terkadang para korban sendiri yang mulai bepergian ke luar negeri.

“Kendala terbesar yang kami hadapi adalah potensi yang selalu ada. Bukan hanya diprakarsai oleh pihak lain, tapi terkadang para korban sendiri memang ingin keluar. Itu kendala besar bagi kami.” 2024)

Ia mengatakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Pekerja Migran Indonesia (CPMI) adalah imigrasi ilegal. Banyak CPMI yang sebelumnya dipulangkan memutuskan untuk kembali ke luar negeri dalam waktu singkat.

“Jangan salah, ada yang dipulangkan oleh kementerian, tapi setelah 3-4 bulan mereka pergi lagi dengan rencana yang tidak bertanggung jawab yang disebut rencana SN,” tambah Tola.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian P2MI memperkuat kerja sama dengan pihak kepolisian. Selain itu, Kementerian juga membentuk Rapid Response Committee (TRC) untuk menangani kasus-kasus darurat seperti kasus perdagangan manusia dan pemberangkatan CPMI secara ilegal.

Meski demikian, Kementerian P2MI terus berupaya mengirimkan tenaga hukum ke luar negeri. Salah satunya bersiap mengirim 300 perawat lokal ke Jerman.

Para perawat ini akan bekerja di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan di Jerman dengan gaji yang layak sebesar 2.300 Euro (sekitar Rs 38,5 juta) per bulan.

“Dalam dua tahun terakhir, kami telah mengirimkan sekitar 196 perawat. Tahun ini, kami berencana mengirimkan 300 perawat. Jerman sangat membutuhkan tenaga profesional, terutama di sektor kesehatan, perhotelan, dan konstruksi,” kata Tola.

Dola menjelaskan, perawat yang dikirim ke Jerman harus memenuhi sejumlah syarat, antara lain memiliki pendidikan minimal D3 keperawatan dan memiliki sertifikat bahasa Jerman tingkat B1.

“Perawat yang kami kirimkan harus memiliki gelar keperawatan dan kemampuan bahasa Jerman yang baik, karena di Jerman sebagian besar pasiennya adalah orang Jerman,” tambahnya.

Saat ini ratusan perawat Indonesia sedang mempersiapkan diri, khususnya profesor Jerman, selama 9 bulan. Dola juga mengakui bahwa penguasaan bahasa Jerman menjadi salah satu kendala utama perawat untuk bekerja di Jerman.

Sementara itu, Thomas Graf, Wakil Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Indonesia, menjelaskan Jerman sedang menghadapi tantangan demografi. Saat ini, seiring bertambahnya usia penduduk Jerman, kebutuhan akan tenaga kesehatan asing, termasuk dari Indonesia, semakin meningkat.

“Pemerintah Jerman sangat mengapresiasi kualitas tenaga kesehatan Indonesia. Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal kompetensi dan budaya kerja, khususnya di bidang kesehatan,” kata Graf.

Selain di sektor kesehatan, pemerintah Jerman juga membuka peluang bagi tenaga kerja Indonesia di sektor manufaktur dan perhotelan.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *