Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan akan terjadi deflasi bulanan sebesar 0,12% pada September 2024. Secara bulanan, IHK turun dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024. Deflasi September 2024 terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan merupakan deflasi kelima di tahun 2024.
Menteri Perekonomian Erlanga Hartarto mengatakan deflasi selama lima bulan berturut-turut bukan disebabkan melemahnya daya beli, melainkan terkendalinya harga produk pangan. Secara tahunan, komponen inflasi inti memberikan sumbangan inflasi terbesar pada September 2024. Komponen inti mencatatkan inflasi sebesar 2,09% dan memberikan sumbangan inflasi pada September 2024 sebesar 1,34%.
“Inflasi bawaannya terus naik, kalau inflasi inti naik berarti daya beli meningkat,” kata Erlangga kepada awak media di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (10/1/2024).
Sedangkan komponen variabel harga mencatat inflasi sebesar 1,43% dengan sumbangan inflasi sebesar 0,23% pada September 2024. Sebelumnya, inflasi pada komponen variabel harga mencatat inflasi sebesar 3,04% dengan sumbangan deflasi sebesar 0,49% pada Agustus 2024
Airlangga mengatakan, deflasi komponen harga yang berfluktuasi disebabkan oleh optimalnya kinerja Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Dampak TPIP dan TPID juga menurunkan harga pangan.
“Kalau dari sudut pandang ini, bukan soal deflasi (bukan soal melemahnya daya beli), tapi soal (hasil) kerja TPIP dan TPID termasuk gubernur yang bisa meredam komponen harga yang fluktuatif dan mendapatkan estimasi dan insentif dari Kementerian Keuangan yang disalurkan setahun sekali, tiga kali dalam empat bulan,” kata Erlanga.
Erlanga optimistis inflasi akan berada di kisaran 2,5 ± 1 pada tahun 2024. Menurut dia, daya beli masyarakat tidak berubah selama indeks kepercayaan konsumen tetap tinggi. Itu sebabnya negara terus mendorong sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan daya beli masyarakat.
“Daya beli perlu kita menggenjot, ke depan sektor apa saja yang bisa kita genjot untuk kelas menengah, termasuk salah satu pembelian kelas menengah setelah pangan adalah bahan bangunan atau real estate,” jelas Erlanga.
Sementara itu, Amalia Adininggar Vidyasanti, Plt Kepala BPS, mengatakan perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk melihat kaitan deflasi dengan penurunan daya beli. Pasalnya, indeks harga konsumen dicatat berdasarkan harga yang diterima konsumen. Definisi “Apakah ini merupakan fenomena daya beli masyarakat ataukah hanya pergerakan pada sisi penawaran saja ataukah karena adanya upaya stabilisasi harga di pusat dan daerah karena intervensi menjaga stok mempengaruhi pergerakan harga pasar yang diterima konsumen. pasar”, jelas Amalia.
Hosianna Evalita Situmorang, Ekonom Bank Danamon, mengatakan anjloknya harga pangan disebabkan musim panen. Sementara itu, harga BBM nonsubsidi akan disesuaikan pada September 2024. Sedangkan biaya pendidikan akan disesuaikan setelah tahun ajaran baru berjalan pada Juli hingga September 2024.
“Tren konsumsi perlahan membaik sejak Juli 2024. Kami melihat inflasi cenderung membaik, terutama pada sektor otomotif dan barang tahan lama,” jelas Hosianna.