Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Sidang dugaan korupsi pembangunan Flyover Mohammed Bin Zayed (MBZ) kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2024 dan bertujuan mendengarkan ahli) . kesaksian .
Pakar Kerjasama Pemerintah-Bisnis (KPBU) Koentjahjo Pamboedi dalam sidang mengatakan, proyek jalan tol MBZ sendiri bukanlah hibah dari pemerintah UEA.
Baca juga: Arsitek Sebut Tol MBZ Lolos Uji Beban 360 Ton dengan 12 Truk, Jembatan Terbukti Kuat dan Aman.
“Jadi tol MBZ ini bukan proyek subsidi, harus saya katakan hanya perubahan nama karena nama Presiden Jokowi di Emirates adalah nama jalan tersebut dan saat itu belum ada nama Japek II. .Makanya jalan mahal itu diberi nama Mohammed Bin Zayed atau MBZ,” kata Koentjahjo.
Terkait pembiayaan, Koentjahjo menjelaskan, dana pembangunan sendiri merupakan dana dari pemegang saham dan dana perbankan.
“KPBU dalam hal ini PT Jasamarga Jallanlayang Cikampek (JJC) setelah mengaku sebagai pemenang usaha tersebut, diberikan penguasaan selama 45 tahun kemudian dikembalikan kepada pemerintah. ,” kata Koentjahyo.
Sementara itu, Menteri Keuangan Negara Dian Simatupang dalam keterangannya mengatakan pemerintah tidak mengalami kerugian dalam pengoperasian proyek MBZ.
“Tim pengelola dalam hal ini PT JJC tunduk pada hukum perusahaan. Selain itu, tidak ada ruang pemerintahan yang digunakan sehingga tidak ada kerugian pemerintah dalam hal ini,” kata Diane.
Menanggapi pertanyaan hakim mengenai penggantian baja dengan beton, pakar lainnya, Prof. Krisna Mochtar menilai pergantian penggunaan material konstruksi dari beton ke baja merupakan hal yang wajar dan tidak ada yang dilanggar, karena perencanaan awal atau desain awal masih sulit.
“Menurut saya hal itu wajar dan tidak melanggar apa pun, karena desain aslinya masih sulit, apalagi dalam pengerjaannya ada pertimbangan lain seperti jadwal kerja yang terbaik. Saya lihat semuanya sesuai aturan,” kata Prof. Kresna.
Sementara itu, Mudji Irawan, pakar konstruksi beton, juga mengatakan penggunaan beton sebagai material baja memiliki alasan tersendiri.
“Dalam kasus tol MBZ ini penggunaan baja lebih baik dibandingkan penggunaan beton karena banyak faktor, selain itu baja dan beton mempunyai kekuatan yang sama, baja lebih cepat selesai, dan perlunya pengerjaan yang lebih baik. memperbaiki lokasi agar dapat terus bekerja dengan biaya yang ada pada pekerjaan jalan di bawah ini, dan “Tesnya sudah dilakukan dengan stress test,” kata Mudji.