Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Berada di peringkat kelima terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah eksportir, Jawa Tengah tidak hanya merupakan pusat manufaktur tetapi juga merupakan penggerak perekonomian penting melalui industri ekspornya. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran penting eksportir, khususnya eksportir kecil dan menengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jateng memiliki 1.897 eksportir dengan nilai ekspor di bawah Rp50 miliar, 296 eksportir dengan nilai ekspor di bawah 50-500 miliar, dan 68 eksportir dengan nilai ekspor rendah. Lebih dari Rp 50 miliar. 500 miliar Rp. Untuk semakin memperkuat kontribusi tersebut dan mendukung pertumbuhan eksportir di Jawa Tengah, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) kembali mengadakan pertemuan dengan eksportir Jawa Tengah dalam Forum Ekspor LPEI 2024 di Semarang, Jawa Tengah pada Rabu. 2024). Forum bertajuk “Penelusuran Pasar Ekspor Produk Unggulan Jawa Tengah” ini diselenggarakan oleh LPEI bekerja sama dengan Kementerian Keuangan, Bea dan Cukai Provinsi Jawa Tengah, dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, DJPPR.
Sebaran ekspor Jawa Tengah didasarkan pada komoditas utama seperti tekstil dan aksesoris (20,18%), tekstil pakaian dan aksesoris (12,24%), alas kaki (11,01%) serta kayu dan produk kayu (9,98%). Furnitur, lampu dan perlengkapan penerangan (7,20%). Diversifikasi tersebut menunjukkan kemampuan Jawa dalam menghasilkan beragam produk yang dibutuhkan di pasar internasional.
Amerika Serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar Jateng dengan kontribusi sebesar 30,43%, disusul Tiongkok (7,66%), Jepang (6,51%), Singapura (6,49%) dan Belanda (5,6%). Selain itu, jumlah pembeli yang bekerja sama dengan eksportir Jawa Tengah terus bertambah dan 22,25% diantaranya merupakan pembeli setia. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat Jawa Tengah dan beberapa negara besar dunia serta pembeli internasional terhadap produk Jawa Tengah.
Makin U. Norhadi, Direktur Pengembangan Usaha, menganalisis, “LPEI mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor. Pertumbuhan ekspor Jawa Tengah akan tetap stabil hingga tahun 2025 didukung oleh sejumlah produk unggulan.
“Beberapa produk memiliki peluang ekspor yang signifikan pada tahun 2024, antara lain produk kayu senilai $2,2 miliar, produk furnitur senilai $2,3 miliar, dan minyak atsiri untuk produk kecantikan senilai $1,4 miliar,” kata Rainey.
Pada saat yang sama, LPEI menjelaskan bahwa LPEI mendukung ekspor fasilitas dan UKM. Berdasarkan profil/karakteristik ekspor yang ada, UKM dapat memperoleh manfaat dari berbagai program alokasi khusus ekspor seperti PKE UKM (dirancang untuk UKM berorientasi ekspor), PKE Zona (untuk target pasar negara non-tradisional) dan PKE Pembiayaan Usaha (PKE) adalah tersedia. . Trade finance berjumlah Rp8,187 miliar untuk ekspor ke lebih dari 55 negara dan PKE UKM mencapai Rp1,588 miliar untuk porsi ekspor ke lebih dari 65 negara.
Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan peluang pembiayaan PKE LPEI adalah Margono Paper, produsen kertas halus (kertas bermotif warna), 90% produknya diekspor ke 50 negara di 5 benua. Pendanaan PKE regional LPEI akan membantu Margono Paper mengembangkan bisnisnya dengan menambah negara tujuan ekspor ke negara-negara non-tradisional.
Manajer Ekspor PT Margono Paper Ferranti Chandranta mengatakan Margono Paper membutuhkan tambahan modal kerja di saat permintaan kertas halus di seluruh dunia sedang tinggi. Pandemi Covid-19 telah menutup pabrik kertas halus di Eropa dan Tiongkok. Hal ini memberikan peluang bagi Margono Paper untuk memperluas ekspor ke negara-negara baru dan ekspor berkelanjutan.
“LPEI menawarkan beragam produk yang dapat membantu pelaku usaha berorientasi ekspor. Dukungan finansial yang diberikan LPEI memungkinkan perusahaan meningkatkan daya saingnya di pasar global, termasuk mengekspor ke pasar tradisional. “Dengan suku bunga yang sangat kompetitif, kami mampu memperlancar arus kas dan menambah modal untuk pembelian bahan baku, yang pada akhirnya mendorong perusahaan untuk berinovasi dengan menambah variasi produk,” kata Ferianthi.
LPEI bertemu dengan pelaku UKM dan pengusaha mikro pada 6 Juli 2024 di Yogyakarta. Pertemuan tersebut juga diikuti oleh pengurus KADIN Provinsi Jawa Tengah yang bertujuan untuk mempersiapkan UKM dan eksportir dalam mengakses platform digital yang dikembangkan oleh LPEI.
“LPEI berkomitmen membantu produk lokal Indonesia menembus pasar internasional dan mendorong merek Indonesia berani go global. Melalui Program Pelatihan Eksportir Baru (CPNE) dan Desa Devisa, LPEI terus mendukung dan mengembangkan eksportir baru serta memperkuat ekosistem ekspor. “LPEI menyiapkan marketplace yang dirancang khusus untuk kemudahan dan kenyamanan ekosistem ekspor dan diharapkan dapat mendorong pelaku usaha berorientasi ekspor untuk berbisnis secara global,” kata Makin.
Lebih lanjut Makin menjelaskan, pasar akan membantu UKM mengambil keputusan di sektor ekspor dengan menggunakan riset data dan informasi berbasis teknologi digital untuk meningkatkan kinerja ekspornya. Melalui terobosan digital ini, LPEI akan mendorong eksportir terkemuka di Jawa Tengah beserta timnya untuk mengembangkan program pelatihan yang diperlukan. Temuan penelitian juga akan membantu pembuat kebijakan dan regulator untuk meningkatkan ekosistem ekspor UKM. Hasil penelitian ini dapat diperluas ke negara-negara berkembang lainnya yang memiliki struktur ekonomi dan sistem hukum serupa.