Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id- Yield surat utang negara (SUN) diperkirakan turun pada pekan ini seiring dengan membaiknya situasi politik pasca terbunuhnya mantan Presiden AS Donald Trump dan data perekonomian AS. Yield SUN tenor sepuluh tahun diperkirakan berada pada kisaran 6,8%-7,2%.
Analis fixed income PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ahmad Nasrudin mengatakan, faktor pemilu AS tidak akan menambah sentimen signifikan di pasar SUN. Pasalnya, kondisi pasar relatif stabil pasca pemecatan Donald Trump dan mundurnya Joe Biden. Ia menegaskan, publikasi data perekonomian dan keputusan perekonomian akan berdampak lebih besar terhadap pergerakan SUN.
“Pasar SUN pada minggu ini diperkirakan cenderung cenderung sideways, serupa dengan minggu lalu. Belum ada sentimen kuat yang akan mendorong pasar SUN naik atau turun secara signifikan. Pasar masih menunggu sinyal dari The Fed mengenai politik kebijakan moneter ke depan, jelasnya kepada Investor Daily, Senin (28/7/2024).
Meski ada sinyal dovish dari Ketua The Fed, jelas Ahmad, kepastian kapan suku bunga akan turun masih belum jelas dan memerlukan lebih banyak data untuk mengonfirmasinya. Selain itu, bank sentral Eropa terus menghadapi tekanan inflasi yang memaksa mereka mempertahankan suku bunga.
Ahmad mengatakan, imbal hasil SUN tenor 10 tahun berkisar antara 6,8%-7,2%. Ia memperkirakan imbal hasil akan turun tipis dibandingkan penutupan pekan lalu sebesar 6,984%.
Sementara sentimen dari dalam negeri, kata dia, pasar menantikan rilis data inflasi yang diperkirakan masih dalam kisaran sasaran Bank Indonesia (BI), serta cadangan devisa.
Secara eksternal, keputusan The Fed dan Bank of England (BoE) akan menjadi fokus pasar. The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, sementara BoE diperkirakan akan mulai melakukan pengurangan (tapering). Selain itu, pasar juga menunggu data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) euro, inflasi di Jerman, dan pengangguran di AS, ujarnya.