Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Perum Bulog kembali diterpa isu demurrage, meski sebenarnya sudah dijelaskan saat rapat dengar pendapat di Komisi IV DPR lalu.
“Dalam kondisi tertentu, demurrage atau keterlambatan bongkar muat merupakan hal yang tidak bisa dihindari sebagai bagian dari risiko penanganan barang impor. Jadi, misalnya direncanakan 5 hari, menjadi 7 hari. disebabkan oleh hujan, pelabuhan penuh, pekerja tidak hadir karena hari libur, dll. Dalam memitigasi risiko impor, demurrage merupakan biaya yang perlu dipertimbangkan dalam aktivitas ekspor-impor. Adanya biaya demurrage merupakan bagian dari konsekuensi logis dari kegiatan ekspor-impor. “Kami selalu berusaha meminimalkan biaya demurrage dan itu sepenuhnya dimasukkan dalam perhitungan biaya bagi perusahaan impor atau ekspor,” kata Direktur Utama Perum Bayu Krisnamurthi. .
Budhy Setiawan dari Partai Golongan Karya yang memimpin Dengar Pendapat juga menyatakan, pemberitaan demurrage yang marak beredar di media belakangan ini membingungkan Komisi IV.
“Demurrage merupakan biaya umum yang biasa dikeluarkan pada saat kegiatan ekspor-impor,” kata Budhy.
Hingga saat ini, Perum Bulog masih menghitung total besaran demurrage yang harus dibayar, termasuk negosiasi dengan Pelindo, perlindungan asuransi, dan pihak pelayaran. Menurut Bayu, perkiraan biaya demurrage yang harus dibayar tidak lebih dari 3% dibandingkan nilai produk impor.
Pada kesempatan terpisah, Tito Pranolo, pakar pangan Indonesia, mengatakan pembahasan demurrage belum lengkap jika tidak dibahas juga mengenai pengiriman.
“Pengiriman yang diberikan merupakan bonus karena barang lebih cepat dibongkar. Hal ini tentunya sudah dialami oleh Perum Bulog sebagai operator eksekutif yang mendapat amanah impor beras dari pemerintah dan hingga kini Perum Bulog memiliki masyarakat karena tidak bertahan lama. .” kata paman.
Terkait isu mark-up yang juga dilaporkan pihak terkait, terkait tawaran dari perusahaan asal Vietnam bernama Tan Long Group, ternyata entitas yang bersangkutan terdaftar sebagai salah satu mitra Perum Bulog dalam kegiatan impor namun tidak pernah menyampaikan penawaran harga kepada Bulog. .
“Vietnam Tan Long Company yang kabarnya akan menawarkan beras, sebenarnya belum mengajukan penawaran harga sejak penawaran dibuka pada tahun 2024. Jadi, kami tidak memiliki kontrak impor yang melekat pada kami tahun ini, ” kata Direktur Rantai Pasokan dan Pelayanan Publik. di Perum Bulog, Mokhamad Suyamto menyayangkan tudingan yang tidak berdasar fakta tersebut.
Pakar hukum dan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Shanti Dewi Mulyaraharjani juga mengatakan, asas praduga tak bersalah harus dikedepankan.
Apalagi, persoalan ini pernah diangkat dalam rapat dengar pendapat antara DPR, khususnya Komisi IV, Bapanas, dan Perum Bulog, kata Shanti.
Saat ini Perum Bulog telah mendapat pesanan impor beras dari Kementerian Perdagangan sebanyak 3,6 juta ton pada tahun 2024. Selama periode Januari-Mei 2024, nilai impornya mencapai 2,2 juta ton. Impor dilakukan secara berkala oleh Perum Bulog dengan melihat keseimbangan beras nasional dan mengutamakan penyerapan beras dan gabah di dalam negeri.
“Kami tetap berkomitmen untuk tetap menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang terpercaya sehingga dapat berkontribusi lebih besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan hal ini tentunya sejalan dengan empat visi perubahan kami,” pungkas Direktur Transformasi & Inter- Hubungan Kelembagaan dan Perum Bulog, Sonya Mamorisk.