Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Langkah BI menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) menjadi 6% disebut-sebut sebagai upaya mendorong pemulihan perekonomian Tanah Air dengan memberikan tambahan stimulus riil di kawasan.

Ekonom veteran UPN Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan penurunan suku bunga diharapkan akan mengurangi beban biaya pinjaman, baik di sektor korporasi maupun rumah tangga, sehingga meningkatkan aktivitas investasi dan konsumsi dalam perekonomian.

“Inisiatif ini juga merupakan bagian dari strategi BI untuk menjaga stabilitas perekonomian dan mendukung pertumbuhan yang lebih inklusif di tengah ketidakpastian perekonomian global, seperti volatilitas harga komoditas dan perubahan kebijakan moneter di negara maju,” kata Achmad, Rabu (18 Desember). September 2024).

BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 6%, suku bunga deposito sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% dan suku bunga pinjaman sebesar 25 basis poin menjadi 6,75% pada rapat Dewan Gubernur 17 November. 18 September 2024.

Achmad menjelaskan, tindakan BI tersebut juga menimbulkan berbagai pertanyaan dan perdebatan mengenai efektivitas penanganan faktor eksternal serta dampaknya terhadap nilai tukar rupiah.

Di sisi lain, kebijakan tersebut dinilai baik dalam memberikan insentif kepada kelas menengah dan dunia usaha.  Di sisi lain, terdapat kekhawatiran penurunan suku bunga dapat berdampak pada keluarnya modal asing dan melemahkan nilai tukar rupiah.

“Inisiatif BI untuk menurunkan suku bunga acuan dari 25 bps menjadi 6% merupakan kebijakan yang sangat baik dan patut didukung,” jelas Achmad. “Namun dalam situasi perekonomian saat ini, penurunan tersebut perlu dilakukan lebih lanjut.”

Achmad mengatakan, kondisi perekonomian global yang masih belum stabil dan tekanan inflasi dalam negeri menjadi alasan kuat bagi BI untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Dengan penurunan suku bunga, terdapat ruang bagi fleksibilitas ekonomi,

“Khususnya kelas menengah dan pengusaha akan lebih luas,” tambah Achmad.

Sementara itu, Peneliti Yusuf Rendy Manilet dari Center for Economic Reform (Core) Indonesia mengatakan, kebijakan penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 poin diharapkan dapat diikuti oleh bank-bank umum pada level yang sama agar suku bunga pinjaman dapat menurun. jauh lebih rendah dan ini sama dengan tingkat referensi yang digunakan oleh bank sentral.  

Inisiatif ini berharap bank-bank komersial akan membantu menurunkan suku bunga pinjaman sebesar 25 poin atau setidaknya dalam kisaran tersebut, yang akan mendorong penurunan suku bunga pinjaman.

“Dampaknya pinjaman akan semakin mudah diakses, terutama bagi para pelaku usaha atau pelaku usaha yang ingin mengembangkan usahanya, terutama menjelang akhir tahun 2024,” jelas Yusuf.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *