Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) menyikapi wacana Partai Keadilan Sosial (PKS) dengan membuka pintu kerja sama mendukung pemerintahan Prabovo-Gibran. Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora) Mahfuz Siddik mengatakan, jika PKS menjadi bagian dari Koalisi Progresif Indonesia, maka itu menjadi tanda perpecahan antara PKS dan massa ideologinya.
“Kalau sekarang PKS mau bubar karena proses politik sudah selesai, apakah PKS semudah itu mempermainkan narasi ideologinya? Apa kata pendukung fanatiknya? Tampaknya ada perpecahan pendapat antara elite PKS dan elite massa pendukungnya,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (27 April 2024).
Menurut Mahfouz, saat kampanye Pilpres 2024, PKS melakukan serangan negatif besar-besaran terhadap Prabowo-Gibran, khususnya terhadap Jibran Rakabuming Raka, Wali Kota Solo, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seingat saya, saat proses kampanye, banyak muncul narasi ideologis di kalangan PKS yang menyerang tokoh Prabovo-Gibran, ujarnya.
Mahfouz mengenang narasi yang menurutnya muncul dari kalangan PKS. Narasi ini dianalogikan Nabi Musa tidak berutang kepada Fir’aun karena sebelumnya Anies Baswedan pada 2017 diajukan Partai Gerindra sebagai calon gubernur Jakarta.
Mahfouz juga menemukan PKS kerap melontarkan narasi yang mengadu domba dan memecah belah masyarakat. Contohnya, Prabovo dicap pengkhianat karena bergabung dalam kabinet pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH Maruf Amin pada 2019.
“Saat Prabovo Subjanto memutuskan berdamai dengan Jokowi pada 2019, banyak yang mencap Prabovo Subjanto sebagai pengkhianat. Umumnya dia berasal dari basis pendukung PKS,” ujarnya.
Mahfuz menegaskan, selama ini Jokowi dan Prabovo mengingatkan agar tidak memecah belah politik dan ideologi dalam narasi.
“Narasi yang berisiko kembali memecah belah masyarakat secara politis dan ideologis.” Padahal, hal ini yang sering diingatkan oleh Presiden Jokowi dan calon presiden Prabowo,” kata Mahfouz.