JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Hasil seleksi calon taruna (kater) Akademi Kepolisian (Akpol) Kepolisian Daerah (POLDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun ini menuai protes karena tak menerima putra-putri. Dari tanah Flores, Sumba, Timor dan Alor (Phlobamora). Daftar Akpol didominasi nama-nama dari beberapa daerah di luar NTT.
Diaspora global Lambata yang berkumpul di Atta Lambata meminta Kapolri Jenderal Paul Listo Sigit Prabowo mengusut kasus tersebut karena ada kemungkinan penipuan atau nepotisme. Selain itu, empat nama yang terpilih diyakini berasal dari kampung yang sama dengan Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Silitonga.
“Untuk memastikan apakah ada kecurangan atau nepotisme dalam proses seleksi, kami sudah meminta Kapolri Pak Listio Prabowo membentuk tim penyidik,” kata anggota Eta Lambta Petrus Bala Pattiona kepada wartawan di Jakarta melalui keterangan tertulis. Senin (7/8/2024).
Menurut dia, salah satu cara untuk memastikan taruna yang lolos seleksi bukan berasal dari NTT adalah dengan mengecek data kependudukan seperti Kartu Keluarga (KK), KTP, Akta Kelahiran, dan Ijazah. “Ini penting karena bisa saja nama-nama yang belum dikenal di NTT bisa saja lahir, besar, dan bersekolah di NTT. “Jika data kependudukan seperti KTP, dibuat bahkan beberapa hari sebelum pemilu sebulan atau kartu keluarga, maka dibatalkan oleh panitia pemilihan,” ujarnya.
Jika sejak awal ada masalah data administrasi, tentu ada pihak yang berkuasa untuk meneruskannya. “Kehadiran calon taruna luar NTT yang mengikuti seleksi di RPU NTT, menghilangkan hak putra-putri NTT, padahal itu bukan peraturan, apalagi melanggar undang-undang. Soal pemerataan karena NTT hanya punya 11 kuota. “Ini juga menimbulkan pertanyaan kenapa NTT hanya punya kuota 11 orang padahal provinsi lain mungkin punya lebih banyak?”
Berdasarkan hal tersebut, dosen Universitas Melbourne, Dr. Justin Wejak yang juga pengurus Eta Lambta mengatakan, reaksi warga NTT terhadap hasil seleksi akademi kepolisian bukan tanpa alasan. Dari hasil seleksi, diduga hanya satu taruna yang merupakan orang “lahir” NTT.
“Tugas negara segera membentuk tim untuk mengusut dugaan ketidakadilan terkait wisuda 11 taruna Akpol RPU NTT. Hal ini penting tidak hanya untuk menciptakan rasa keadilan sosial, tetapi juga untuk menjaga keadilan sosial. nama baik institusi kepolisian,” kata Justin. .
Sementara itu, pengurus kelompok lainnya, Ansel Derry, menegaskan hasil seleksi calon taruna Polri ke Polda NTT tahun 2024. terburuk dan tidak mencerminkan rasa hormat dan penghargaan terhadap sumber daya manusia NTT yang bercita-cita mengabdi di Korps Bhayangkara.
“Apolda NTT dan panitia seleksi harus segera membatalkan hasil seleksi. Saya kira generasi muda NTT juga punya potensi. “Kapolri harus segera memberikan perhatian terhadap kasus ini,” ujarnya.
Marionus Wilhelmus Lowe Wahang, warga diaspora Lambata di Uni Emirat Arab, mengatakan kemampuan pemuda NTT sangat bagus. Oleh karena itu, hasil seleksi Akpol yang didominasi nama non-NTT merupakan pengalaman menyedihkan sekaligus mengkhawatirkan bagi masyarakat Flobamora.