Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan, muncul fenomena unik di kalangan anak muda Tiongkok. Kebanyakan dari mereka memilih mengungsi di panti jompo.
Fenomena ini bukan hanya sekedar tren sosial, namun merupakan cerminan dari buruknya kondisi perekonomian, semakin kompetitifnya pasar kerja, dan meningkatnya biaya hidup. Di berbagai pelosok tanah air, panti jompo ini memberikan suasana santai jauh dari hiruk pikuk kota.
Dilansir dari Channelnewsasia, Jumat (23/8/2024), salah satu tempat pelarian anak muda yang penat dengan kehidupan perkotaan adalah Desa Pensiunan Pemuda Guanye di Hebei. Terletak di dekat Taman Nasional Yesanpo, desa ini menjadi rumah sementara bagi para profesional muda yang merasa lelah dengan rutinitas kota.
Xiaofei, seorang digital nomad berusia 28 tahun, adalah salah satunya. Ia memutuskan pindah ke desa ini setelah merasa bosan hidup di Beijing.
“Saya merasa telah kembali ke kampung halaman. “Pemandangan indah dengan pegunungan dan sungai memberi saya kedamaian yang tidak bisa saya temukan di kota,” ujarnya.
Guanye bukan satu-satunya tempat yang menawarkan pelarian seperti ini. Tren “panti jompo bagi kaum muda” kini menyebar di berbagai wilayah di Tiongkok, dari Yunnan hingga Shandong. Perangkat ini diperkenalkan untuk memenuhi kebutuhan generasi muda yang terus meningkat akan kedamaian batin dan gaya hidup yang lebih seimbang.
Menurut Cui Kai, salah satu manajer Guanye, kata “pensiun” digunakan secara simbolis untuk menggambarkan pencarian kedamaian batin, melampaui batas usia. Tempat ini tidak hanya menawarkan tempat menginap, namun juga aktivitas masyarakat seperti arung jeram, hiking, dan lomba membuat pangsit.
“Tujuannya untuk membangun hubungan nyata dan mempererat hubungan antara warga dan warga desa,” jelas Cui.
Namun, situasi ini bukannya tanpa kritik. Generasi lanjut usia di Tiongkok mempertanyakan mengapa kaum muda memilih untuk “pensiun” begitu dini.
“Mengapa anak muda ingin ‘pensiun’ begitu cepat? “Ini semacam pengabaian terhadap tugas yang seharusnya mereka lakukan,” kata salah satu pengguna jejaring sosial Weibo.
Di balik kritik tersebut, para ahli melihat fenomena ini sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar di Tiongkok, yang dikenal sebagai “tang ping” atau “berbaring datar.” Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap tekanan untuk sukses di tengah kondisi perekonomian yang semakin sulit, serta mendorong gaya hidup sederhana dan bebas stres.
Panti jompo mungkin hanya salah satu cara bagi generasi muda Tiongkok untuk menemukan kembali keseimbangan dalam kehidupan mereka. Di tengah tekanan yang semakin meningkat, tempat-tempat tersebut menjadi tempat pelarian sementara, tempat mereka bisa bernapas, melepaskan diri dari hiruk pikuk kota, dan bangkit menghadapi tantangan berikutnya.