JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menekankan pentingnya pekerja migran Indonesia (PMI) memahami layanan keuangan digital untuk menghindari risiko penipuan dan risiko dalam transaksi keuangan.
Pengumuman tersebut disampaikan Kepala Bidang Pendidikan, Literasi, dan Riset AFPI, Marcella Vijayanti, saat memberikan pelatihan kepada ratusan PMI terkait peminjaman teknologi finansial (FinTech) di KJRI Hong Kong.
Marcella Vijayanti pada Sabtu (11 Februari 2024) mengatakan: “Tujuan dari program edukasi ini adalah untuk membantu pekerja migran memiliki pemahaman yang komprehensif tentang layanan keuangan digital, khususnya fintech lending”.
Ia juga mengatakan, PMI perlu pintar-pintar mengelola pendapatan yang diterima dari luar negeri. Salah satunya bisa memanfaatkan layanan keuangan digital seperti fintech loan terpercaya untuk menghindari potensi penipuan.
“Kami memberikan pemahaman mengenai manfaat dan risiko penggunaan layanan ini bagi PMI,” imbuhnya.
Marcella juga menjelaskan bahwa pekerja migran memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), devisa dari PMI mencapai Rp 230,81 triliun atau 10% dari total cadangan devisa negara pada tahun 2023.
“Jumlah ini sangat besar sehingga AFPI mempunyai kewajiban untuk memberikan edukasi keuangan agar PMI dapat menggunakan teknologi keuangan secara bijak,” kata Marcella.
Ia berharap dengan pengetahuan yang memadai, PMI dapat terlindungi dari risiko penggunaan jasa keuangan yang tidak bertanggung jawab.
Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) di Hong Kong menyambut baik inisiatif pendidikan bagi pekerja migran. Konjen berharap kerja sama seperti ini dapat terus dipertahankan.