Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Produsen kendaraan listrik China meminta tarif impor sebesar 25% untuk mobil berukuran besar asal Eropa, yang menggunakan mesin pembakaran internal (ICE) atau mesin konvensional. Penerapan ini merespons keputusan Uni Eropa (UE) yang meningkatkan impor kendaraan listrik China sebesar 38,1%.
CarNewsChina memberitakan pada Kamis (20/6/2024) permintaan tersebut disampaikan dalam pertemuan tertutup di Beijing antara Kementerian Perdagangan Tiongkok dan empat produsen mobil Tiongkok, termasuk perwakilan enam produsen mobil Eropa dan berbagai lembaga industri dan penelitian. Madhyam CCTV melaporkan Pemerintah.
Sekitar 250.000 mobil ICE bermesin 2,5 liter ke atas akan diimpor ke China pada tahun 2023.
Sebelumnya, Uni Eropa mengumumkan akan mengenakan pajak impor hingga 38,1% pada mobil listrik yang diproduksi di China. Berdasarkan hasil investigasi Uni Eropa, terungkap adanya dukungan subsidi dari pemerintah China yang menciptakan persaingan tidak sehat sehingga membuat merek China lebih murah bersaing dengan mobil listrik di seluruh dunia.
Namun pihak Tiongkok membantah tudingan tersebut. Mereka mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan ini merupakan tipikal kasus proteksionisme. Perwakilan Kementerian Perdagangan Tiongkok juga menuduh pertemuan Beijing menggunakan penyelidikan UE sebagai dalih untuk mencuri rahasia dagang dari produsen kendaraan listrik Tiongkok.
Keputusan Uni Eropa yang memungut bea masuk hingga 38,1% juga menuai protes dari para pelaku industri otomotif Eropa yang mewaspadai respons Tiongkok. Bagi Mercedes-Benz, BMW, dan Volkswagen, kebijakan tersebut dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap bisnis mereka.
Menurut Oliver Sipsey, CEO BMW, tindakan perlindungan UE dapat menyebabkan perang dagang dan merugikan perusahaan. Pada saat yang sama, menurut CEO Mercedes Ola Kallenius, yang dibutuhkan saat ini adalah perdagangan terbuka dan kerja sama, bukan hambatan perdagangan.