Batavia, prestasikaryamandiri.co.id – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan B-Universe menggelar pertemuan membahas pengangkatan PT Garuda Indonesia sebagai National Flag Carrier. Pertemuan kedua dilaksanakan di Gedung El-Batavia Selatan.

Executive President B-Universe Enggartiasto Lukita mengapresiasi Garuda Indonesia yang pantas menjadi maskapai nasional yang kerap mengharumkan nama negara.

“Kami mendapat kehormatan dari media untuk berkunjung ke PT Garuda Indonesia, tentunya kami sebagai media sangat berterima kasih atas peningkatan pelayanan dan objek. Saya bangga Garuda layak menjadi National Flag Carrier” CEO B-Universe, Enggartiasto Lukita. , Kamis (13/6/2024).

Enggartiasto Lukita mengatakan Garuda Airlines masih berupaya menjadi National Flag Carrier untuk meningkatkan transportasi udara jarak jauh demi konektivitas antar daerah yang lebih baik di seluruh Indonesia.

Masalah dengan pendekatan koneksi ini adalah exit cost atau biaya tinggi.

Apakah Garuda mampu menjalankan tugasnya sebagai maskapai terdepan di beberapa daerah yang ada bandaranya? Tentu dulu ada, tapi sekarang sudah ada, ujarnya.

“Potensinya ada, tapi situasinya dianggap terlalu tinggi,” katanya.

Enggar mengatakan, jika ini adalah perusahaan pemerintah yang ingin memberikan layanan tertentu dan penting bagi masyarakat, maka pemerintah harus menyediakan dana untuk mendukung perusahaan tersebut dalam menjalankan layanan tersebut.

“Kalau dilihat dari biaya dan lain-lain, menurut saya harusnya ditingkatkan. Sebab, batas atas pajak (TBA) tidak bisa kita hilangkan, tapi fleksibilitasnya ditingkatkan. pesawat kelas premium yang berguna dan tidak ada kerugian pemotongan biaya atau level untuk mengurangi perbudakan,” ujarnya.

Cadangan ini disediakan untuk menutup biaya tambahan atau kerugian yang mungkin ditimbulkan perusahaan dalam memenuhi kegiatan PSO.

Dengan cara ini, perusahaan dapat melakukan aktivitas publik tanpa kerugian finansial yang berarti.

“Di dalam anggaran ada yang namanya public service obligat (PSO). Kalau alokasinya dari pemerintah, maka pemerintah harus menginvestasikan sumber dayanya. Kepada siapa?” ,” dia melanjutkan.

Selain subsidi, menurut Enggar, penyesuaian harga tiket juga perlu dilakukan guna mempertahankan posisi Garuda sebagai premier maskapai.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menanggapi isu harga tiket yang dinilai masyarakat terlalu mahal.

Kenaikan harga tiket bukan disebabkan oleh kebijakan maskapai, melainkan faktor lain seperti biaya bandara dan biaya-biaya lain yang di luar kendali maskapai.

“Kami masih berbicara (soal TBA) dan akan terus berbicara. “Karena ini yang terpenting bagi kami, kami tahu persis apa yang dipikirkan pemerintah, tapi di Garuda penting bagi kami untuk melanjutkan maskapai ini,” ujarnya.

“Memang sudah lama dinaikkan (TBA), tapi tentu saja kenaikan harga pokok penumpang disebabkan oleh faktor lain, bukan karena faktor yang dibuat oleh pihak maskapai, seperti pajak bandara dan lain-lain, harga. bahan bakar pesawat hanya meningkat dibandingkan tahun 2019, belum lagi peningkatan nilai tukar mata uang karena hal-hal seperti ini semakin membuat stres, kata Irfan.

Sebelumnya, Irfan angkat bicara soal pertemuan dengan Ketua Eksekutif B-Univers Enggartiasto Lukita soal industri nenek. Garuda Indonesia mendapat banyak ide dari Enggartiast.

“Pembahasan aliansi dengan Pak Enggar banyak membahas tentang industri penerbangan. Pengalaman Pak Enggar memberi kita ide dan konsep, saya harap ini bisa kita ikuti untuk menjadi lebih baik ke depannya,” ujarnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *