JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Aktivitas pabrik di Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia, turun lebih besar dari perkiraan pada Mei 2024. Situasi ini memberikan tekanan tambahan pada perekonomian yang sudah terkena dampak krisis kronis di sektor real estate
AP melaporkan bahwa indeks manajer pembelian Tiongkok, atau PMI manufaktur, turun menjadi 49,5 pada skala 100 dari sebelumnya 50,4, berdasarkan survei pemerintah yang dirilis pada Jumat (31/05/2024) antara angka 50 untuk ekspansi dan kontraksi. .
Alasan utama resesi ini adalah penurunan produksi. Lemahnya pesanan baru dan pesanan ekspor menunjukkan lemahnya permintaan.
Para analis sebelumnya memperkirakan PMI manufaktur akan sedikit di atas 50 atau berada di wilayah ekspansi setelah ekonomi tumbuh 5,3% pada kuartal pertama tahun 2024.
Namun, ketidakpastian akses ke pasar Amerika Serikat (AS) semakin meningkat ketika Presiden Joe Biden dan saingannya pada pemilu mendatang, mantan Presiden Donald Trump, mendukung kebijakan untuk mempertahankan atau menaikkan tarif impor dari Tiongkok.
Tiongkok baru-baru ini menurunkan suku bunga minimum dan persyaratan uang muka untuk beberapa pinjaman rumah dalam upaya menstabilkan pasar perumahan. Sejak pemerintah menindak pinjaman berlebihan beberapa tahun yang lalu, harga rumah anjlok, konstruksi terhenti, dan puluhan pengembang gagal membayar pinjaman mereka.
Banyak ekonom berpendapat bahwa reformasi jangka panjang diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan mempertahankan pertumbuhan jangka panjang. Awal pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini menjadi 5%, namun memperingatkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk mengalihkan perekonomian dari ketergantungan pada ekspor dan investasi di bidang konstruksi, terutama karena usia. Populasi.