Lombok Timur, prestasikaryamandiri.co.id – Pondok Pesantren (Ponpes) Thohir Yasin Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil mengembangkan budidaya lada menggunakan teknologi rumah kaca dengan bantuan Bank Indonesia.

Budidaya lada percobaan merupakan suatu teknik penanaman untuk menghasilkan produksi lada tanpa mengenal musim, namun tetap menghasilkan hasil yang tinggi.

Gerakan panen perdana ini dilakukan langsung oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Berry A Harahap didampingi perwakilannya Winda Putri Listya, Pj Bupati Lombok Timur Juaini Taofik, anggota Forkopimda Lombok Timur, dan petugas. pendiri dan pengurus pondok pesantren, Sabtu (20/4/2024).

Teknologi rumah kaca atau konstruksi transparan memungkinkan pengendalian iklim sesuai kebutuhan tanaman, serta irigasi cair menggunakan sensor. Budidaya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media budidaya.

Pemeliharaan tanaman juga dilakukan secara alami dengan menggunakan pupuk yang dihasilkan di lingkungan pesantren. Kemudian pengendalian hama tanaman ditingkatkan sehingga kualitas dan kuantitas produksi meningkat. Pondok Pesantren Thohir Yasin Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil mengembangkan budidaya lada dengan teknologi rumahan. – (prestasikaryamandiri.co.id/Muhammad Awaludin)

Faisal, pengelola rumah kaca, menjelaskan manfaat yang dapat dilihat dari produk pertanian yang menggunakan teknologi ini antara lain pengendalian hama dan penyakit, pengendalian suhu sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan produk yang ditanam tepat waktu.

“Produksi lada memakan waktu 8 bulan (biasanya maksimal 5 bulan) dan hasil per batang antara 800 gram hingga 1 kilogram (biasanya antara 500 gram per batang),” ujarnya kepada prestasikaryamandiri.co.id, Sabtu (20/4/2024). . .

Rumah kaca yang dibangun di atas lahan 5 hektar dengan 1.250 tanaman ini juga memungkinkan jarak tanam yang maksimal.

“Dengan teknologi ini, produksi lada bisa dilakukan sepanjang tahun jika proses budidayanya diatur,” kata Faisal.

Faisal menambahkan, setelah hasil produksi lada dengan metode hijau, masyarakat yang ingin mengadopsi teknologi budidaya tersebut juga bisa bersekolah di pesantren. Selain untuk memenuhi kebutuhan pondok pesantren dan masyarakat sekitar, rumah kaca ini juga digunakan sebagai tempat belajar santri dan siswi.

Di sisi lain, Berry Harahap menjelaskan, rekayasa budidaya lada di Pondok Pesantren Thohir Yasin diharapkan dapat menjadi contoh bagi masyarakat dan permukiman lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar.

Pertanian yang terintegrasi dengan teknologi informasi dan masyarakat (Infratani) bertujuan untuk mendukung gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP) dan memperluas ekosistem rantai nilai halal yang berkelanjutan, kompetitif dan inklusif.

Pada tahap pertama, dipilih tiga pondok pesantren di NTB untuk menjadi percontohan program pembangunan infrastruktur produk termal, yakni Pondok Pesantren Thohir Yasin Lombok Timur, Pondok Pesantren Nurul Hakim, dan Pondok Pesantren Nurul Haramain Lombok Barat.

“Dengan adanya program Infratani ini, kami berharap pesantren dapat berperan dalam pengendalian inflasi pangan khususnya produk lada. “Hasil produksinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan lokal pesantren dan mendukung program akar rumput dari produk yang dihasilkan dari produk lada,” kata Berry.

Pj Panglima Lombok Timur, Juaini Taofik menambahkan, berkat program Infratani yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.

“Semoga program ini dapat dikembangkan secara luas di Kabupaten Lombok Timur,” kata Juani Taofik.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *