Nias Selatan, prestasikaryamandiri.co.id – Penganiayaan yang berujung pada meninggalnya seorang siswa sekolah kejuruan di wilayah Nias Selatan, Sumatera Utara, membuat Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) meminta kepolisian setempat turun tangan menyelesaikan kasus tersebut.
“Kami meminta Kapolda Sumut turun tangan mengusut kasus tersebut. Karena tindak pidana yang dilakukan korban masih ringan dan tidak bisa dibiarkan,” kata Ketua LPAI Seto Mulyadi kepada prestasikaryamandiri.co.id, Jumat (19/04/2024). ).
Dia mengatakan, LPAI meminta delegasi daerah turun tangan karena alasan yang baik. Namun, pihak kepolisian Nias Selatan tampaknya masih berlarut-larut dalam masalah ini.
“Kami mendapat informasi ada delapan pelajar yang menjadi korban penganiayaan dan satu diantaranya meninggal dunia. Mereka diduga diserang oleh kepala sekolah, namun pelakunya tidak ditangkap. Polisi Nisel sepertinya menyeret kasus ini,” ujarnya. dia berkata.
Ia menegaskan, tindakan sutradara terhadap delapan siswa tersebut merupakan pelanggaran hak anak dalam dunia pendidikan.
“Polisi Nisel tidak boleh menunda-nunda penanganan kasus ini. Karena kejadian yang menimpa delapan anak ini merupakan kejahatan luar biasa,” tegasnya.
Menurut dia, ketujuh anak yang terluka itu menjadi bukti kuat atas tindakan polisi yang menangkap direktur tersebut.
“Polisi Nisel tidak punya alasan untuk tidak menahan direktur, padahal laporan kejadian baru muncul tiga minggu setelah kejadian. Sebab, tujuh anak yang juga menjadi korban bisa dijadikan saksi atas kekerasan yang dilakukan kepala sekolah tersebut,” ujarnya. dia berkata.
Kasatreskrim Polres Nias Selatan, AKP Freddie Siangyan yang membenarkan pemeriksaan tersebut mengatakan, masih sebatas pemeriksaan terhadap kepala sekolah.
“Masih dalam pemeriksaan, belum ada penangkapan. Kami belum bisa menangkap Direktur karena belum cukup bukti. Jadi kami masih menunggu hasil otopsi terhadap korban,” kata Freddy.