JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Viral video pasukan menemukan elang liar di Gunung Jawa. Informasi tersebut membuat netizen bertanya-tanya apakah burung Garuda yang menjadi lambang negara Indonesia itu ada.

Rupanya, informasi pertemuan pendaki gunung dengan burung garuda itu tidak benar. Sebenarnya burung yang tertangkap dalam video ini adalah elang jawa (nisaetus bartelsi). Elang Jawa adalah spesies elang berukuran sedang dalam keluarga Accipitriadae dan genus Nisaetus, asli pulau Jawa.

Fakta menariknya, hewan ini sama dengan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Tidak ada kutipan akademis yang membuktikan bahwa Sultan Hamid II menggunakan elang Jawa sebagai inspirasi pembuatan Garuda Pancasila.

Seperti yang Anda ketahui, Garuda adalah lambang Indonesia. Garuda melambangkan kekuatan dan kekuasaan, dan warna emas melambangkan keagungan dan kemegahan. Dibalik itu semua, lambang negara ini mempunyai sejarah yang dalam.

Sejarah Lambang Garuda Indonesia Sejarah lambang negara dimulai setelah berakhirnya Revolusi Nasional Indonesia yang disusul dengan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949. Saat itu perlu dibentuk lambang negara kesatuan Indonesia. Pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Negara yang dikoordinasikan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak sebagai Menteri Negara dengan Muhammad Yamin sebagai Ketuanya, dan K. Hajar Devantara, M. . . 

Tugas panitia ini adalah menyeleksi usulan lambang resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diajukan kepada pemerintah. Menurut Mohamed Hatta, untuk memenuhi misi kabinet, Menteri Priono mengadakan kompetisi desain. Usai kompetisi, terpilih dua proposal sebagai finalis, satu oleh Sultan Hamid II dan satu lagi oleh Mohammad Yameen. 

Beberapa kali desainnya diganti dengan desain Sultan Hamid II baik oleh Republik Rakyat maupun pemerintah, sedangkan desain Yameen ditolak karena menampilkan pengaruh Bendera Kekaisaran Matahari. Sukarno dengan Presiden Mohamed Hatta sebagai Perdana Menteri meminta Sultan Hamid II mengganti pita merah putih dengan cakar Garuda dengan gulungan putih bertuliskan semboyan nasional Bhinneka Tunggal Ika. 

Pada tanggal 8 Februari 1950, rencana Sultan Hamid II disampaikan kepada Presiden Sukarno. Desain ini menggambarkan Garuda dalam bentuk antropomorfik, mirip dengan penggambaran tradisional pada seni Jawa, Bali, dan Siam kuno. Namun Hizb-i-Islami Masum keberatan dengan menyatakan bahwa burung berleher dan bahu manusia dengan dua tangan memegang perisai Pancasila terlalu mistis. Sultan Hamid II memodifikasi desain dan menawarkan versi baru, kali ini menolak bentuk antropomorfik, membuat Garuda mirip elang dengan gaya naturalistik, dan memberi nama elang atau elang Garuda Pancasila. 

Presiden Sukarno menyampaikan rencana tersebut kepada Kabinet dan Perdana Menteri Hata. Menurut AG Pringgodigdo dalam bukunya Tentang Pancasila yang diterbitkan Menteri Pertahanan dan Keamanan, perubahan desain Garuda Pancasila karya Sultan Hamid II diakui secara resmi pada Sidang Kabinet Indonesia Bersatu pada 11 Februari 1950. Saat itu Garuda Pancasila Rajaval masih dalam keadaan gundul dan belum memiliki mahkota di kepalanya seperti versi sekarang. Pada tanggal 15 Februari 1950, Presiden Sukarno meresmikan lambang pemerintahan Indonesia kepada publik di Hotel Des Indes di Jakarta.

Modifikasi desain Soekarno terus melengkapi desain Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950, Sukarno menginstruksikan seniman istana Dola untuk melakukan beberapa modifikasi berdasarkan sarannya, seperti menambahkan simbol dan mengubah posisi cakar pada gulungan tersebut. Sukarno diyakini menyarankan penambahan lambang tersebut karena Garuda gundul terlalu mirip dengan elang botak pada lambang negara AS.

Arti Burung Garuda Bulu lambang Garuda Indonesia disusun menyerupai tanggal 17 Agustus 1945 yang secara resmi dikenal sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Jumlah bulu melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Terdapat 17 bulu pada setiap sayap, 8 bulu pada ekor, 19 bulu di bawah perisai atau pangkal ekor, dan 45 bulu pada leher. Angka lengkap ini sesuai dengan tanggal internasional Hari Kemerdekaan Indonesia (8/1945).

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *